SOLOPOS.COM - Anak-anak bermain air dan berenang di aliran sungai Kukun Gerit yang dibendung di dekat Sendang Kukun Gerit di wilayah Dukuh Kukun Gerit, Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Sragen, Minggu (8/12/2019). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Para pemuda Dukuh Kukun Gerit, Desa Jatibatur, Gemolong, Sragen, kembali menghidupkan sungai yang sudah 25 tahun mati suri. Sungai itu kembali bisa digunakan setelah tertimbun tanah dan pasir.

Sungai itu kini memiliki kedalaman 50 cm yang terletak di sebuah lembah yang dikelilingi tebing. Para pemuda Desa Jatibatur menggali umbul tersebut setelah mendengar cerita dari para sesepuh desa tentang adanya sumber air tunggal di wilayah Desa Jatibatur. Sumber air itu disebut dengan nama Umbul Kukun Gerit karena lokasinya berada di wilayah Dukuh Kukun Gerit yang terdiri atas tiga rukun tetangga (RT) itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sekitar 1,5 bulan lalu, kami bersama pemuda se-Desa Jatibatur melihat potensi umbul yang pernah diceritakan simbah-simbah. Dulu, sebelum warga punya sumur galian, seluruh warga satu Desa Jatibatur ambil air di sendang Kukun Gerit ini. Nah, saat itu kami datang untuk memastikan. Ternyata sendangnya tidak ada airnya. Yang ada hanya tanah bercampur pasir,” ujar Sriyanto, 40, warga Kukun Gerit RT 002A, Jatibatur, saat berbincang dengan Solopos.com di pinggir sendang itu.

Para pemuda pun ramai-ramai menggali sendang itu. Ternyata baru beberapa kali galian sudah muncul air. Mereka juga mencoba menggali beberapa bagian di sekeliling sendang itu dan ternyata juga muncul mata air.

“Ternyata wilayah sekitar sendang ini airnya berlimpah. Kami menggali sendang itu sampai kedalaman dua meter. Saat menggali kami harus menggunakan pompa air berkapasitas besar karena mata airnya besar dan banyak,” ujar tokoh pemuda Jatibatur, Sudiman Totok, 40, yang memotori penggalian sendang itu.

Di beberapa bagian yang digali diberi tanda pipa peralon. Ada yang sedalam 4 meter dan ada pula yang sedalam 1-2 meter. Totok, sapaan akrabnya, memastikan mata air yang paling besar berada di sendang di bawah Pohon Klabet yang berumur ratusan tahun. Ia menyebut ada enam mata air dengan total debitnya bisa mencapai 15 liter per detik.

Totok awalnya menduga sumber air sungai yang mengalir saat musim kemarau kemarin berasal dari hulu, yakni di Kedung Dandang. Ternyata sumber air di Kedung Dandang, sebut dia, mengecil karena dampak penggunaan pompa air listrik pada sumur dalam milik petani.

“Ternyata air di sungai masih mengalir, ternyata sumbernya datang dari Sendang Kukun Gerit ini. Dari cerita mitos, nama Kukun Gerit diambil dari banyaknya pohon kukun di wilayah lembah ini dan saling bergesekan atau gerat-gerit. Kemudian oleh wali yang menggali sendang ini menamainya dengan nama Sendang Kukun Gerit. Kisah itu terjadi pada zaman Keraton Pajang,” ujar Totok.

Lokasi sendang itu menjadi bascame atau tempat berkumpul para pemuda Desa Jatibatur. Mereka berdiskusi tentang perubahan desa dengan membuat lincak dari bambu di pinggir sungai. Aktivitas lembah menjadi ramai karena banyak bocah-bocah yang bermain air saat liburan. Beberapa bocah sempat menyeburkan beberapa ekor ikan mujair ke dalam sendang itu.

“Kami berobsesi ingin membuat tempat pemandaian alami yang bersumber dari mata air sendang ini. Tempat wisata ini akan kami bangun secara swadaya dengan warga desa dan kalau bisa didukung oleh pemerintah desa setempat. Lokasi sendang ini cukup strategis karena hanya lima menit dari Kota Kecamatan Gemolong. Lokasinya berbatasan dengan Desa Tegaldowo dan Brangkal,” kata Totok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya