SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

KULONPROGO—Tanaman padi seluas 25 hektare di wilayah Girimulyo, Kulonprogo puso dan gagal panen karena kekeringan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Girimulyo, Dina Sukmawati mengungkapkan, tanaman itu tersebar di tiga dari empat desa di Girimulyo, meliputi Pendoworejo, Giripurwo dan Purwosari. “Untuk Desa Jatimulyo tidak ada, karena di sana tidak ada tanaman padi,” ungkapnya kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Ia menyebutkan kondisi ini terjadi dalam periode April-September, pada masa tanam padi kedua di lahan tadah hujan. Dari bibit padi yang ditanam saat masih ada hujan, tumbuh ketika hujan mulai berkurang, bahkan berhenti memasuki musim kemarau. Akibatnya, tanaman kekurangan air.

Kondisi sawah seluas 25 hektare tersebut kering sehingga produksi buah padi berkurang hingga 80%. Petani hanya bisa memanen sekitar 20% dari yang seharusnya. Dari kondisi tersebut, sebagian petani memilih memanek padi seadanya, namun ada pula yang membiarkan tanpa memanen.

Pada musim kemarau ini, Dina menyebutkan ada pula sawah seluas enam hektare yang mengalami kekeringan berat. Kondisi sawah ini masih bisa dipanen namun hanya 50% dari hasil panen yang seharusnya.

Ia menambahkan kawasan yang ditanami pada periode kedua tersebut, saat ini dalam kondisi menganggur tanpa tanaman. Hal ini karena wiilayah tersebut belum mendapatkan air untuk mengolah sawah kembali. “Untuk bertanam lagi, mereka menunggu hujan,” ungkapnya.

Ketua Kelompok Tani Timbul Jaya Dusun Krikil Desa Pendoworejo, Muh Paino membenarkan ada banyak tanaman padi di wilayahnya yang gagal panen. Hal ini disebabkan petani nekad menanam padi meski telah memasuki akhir musim hujan.

Ia menjelaskan, kawasan persawahan di wilayah itu mendapatkan air irigasi dari Bendung Kali Khayangan, yang berhulu di Pegunungan Menoreh. “Saat musim kemarau, air sungai akan menyusut sehingga selokan irigasi tidak mengalir. Tanaman tidak mendapatkan air sehingga kekeringan,” jelasnya.

Ia mengakui, menanam padi di musim tanam kedua merupakan usaha coba-coba petani. Sawah kekeringan dan tanaman gagal panen selalu terjadi di musim kemarau, tetapi tetap ada petani yang menanam di musim ini. “Musim tanam kedua, petani hanya adang-adang [spekulasi] menanam padi, ada hasilnya ya syukur, kalau tidak ada ya tidak apa-apa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya