SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SRAGEN — Tujuh kecamatan di Kabupaten Sragen masuk wilayah rawan krisis air bersih atau kekeringan pada musim kemarau tahun ini.

Lokasi rawan kekeringan dan krisis air bersih tersebut menyebar di 249 dukuh yang berada di wilayah 43 desa di Sragen. Sejak 20 Juli 2020 lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen membuka posko bencana kekeringan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Pelaksana BPBD Sragen Sugeng Priyono di sela-sela rapat kerja dengan Komisi IV DPRD Sragen, Kamis (30/7/2020), menyampaikan tujuh kecamatan rawan kekeringan terdiri atas Miri, Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, dan Jenar.

Ini Rahasia Warga Desa Pengkok Sragen Mampu Sembelih Ratusan Hewan Kurban dalam 3,5 Jam

Sugeng mengatakan BPBD sudah berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sragen untuk persiapan penanganan bencana kekeringan atau krisis air bersih.

"Dari rapat tersebut disepakati untuk memulai pendataan daerah terdampak mulai Juli 2020. Dari hasil pendataan, untuk dampak kekeringan di Juli aman," ungkap dia.

"Kami merencanakan untuk pengiriman bantuan air bersih dimulai pada awal Agustus mendatang. Sebenarnya ada permintaan dari Miri tetapi setelah dicek ke lokasi ternyata masih bisa bertahan selama dua pekan ke depan," tambah Sugeng.

2 Warga Sragen Positif Covid-19 Sepulang Dari Karanganyar dan Surabaya

Sugeng menerangkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kemarau pada 2020 merupakan kemarau basah. Dia menerangkan musim kemaraunya mundur dan musim penghujannya maju.

Selama musim kemarau pun, ujar Sugeng, diperkirakan masih turun hujan. Kendati demikian, Sugeng tidak ingin underestimated sehingga menyiapkan sejak dini terkait antisipasi kekeringan.

Tak Ada Penurunan Signifikan

Sugeng menyampaikan alokasi anggaran dari APBD Sragen 2020 hanya cukup untuk memberikan bantuan air bersih ke daerah kekeringan sebanyak 300 tangki.

Selebihnya, Sugeng mengharapkan partisipasi dari perusahaan swasta di Sragen lewat dana corporate social responsibility (CSR).

Sugeng memahami dengan kondisi wabah Covid-19 berdampak pada ekonomi, khususnya di Sragen. Namun, untuk kegiatan sosial membantu warga terdampak kekeringan, Sugeng berharap tidak ada penurunan signifikan.

“Bagi siapa pun yang ingin membantu program bantuan air bersih bisa langsung menghubungi posko BPBD,” katanya.

Temukan Hati Hewan Kurban Bercacing? Disnakkan Sragen: Langsung Kubur!

Bila melihat pada realisasi pengiriman bantuan air bersih untuk wilayah kekeringan pada musim kemarau 2019, Sugeng menyebut ada 6.500 tangki yang terdistribusi.

Dia meyakini kebutuhan air bersih pada tahun ini tidak sampai angka itu tetapi masih mendekati. Dia memprediksi kebutuhan air untuk wilayah rawan kekeringan sampai 4.000 tangki atau 61,54%.

“Juni 2019 lalu sudah mulai gerak, sekarang kami merencanakan gerak di Agustus. Artinya mundur sampai dua bulan untuk musim kemaraunya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya