SOLOPOS.COM - Komposter (ilustrasi/JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo menargetkan Kota Solo bebas dari problem sampah tiga tahun mendatang. Perilaku masyarakat dalam memperlakukan sampah akan menjadi fokus pembenahan.

Kepala BLH, Agus Sutrisno, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Senin (17/3/2014), mengatakan pemerintah pusat menargetkan seluruh Indonesia bebas problem persampahan pada 2020. Namun, pihaknya optimistis Kota Bengawan dapat memenuhi target ini pada 2017. Hal itu seiring pembenahan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo dalam waktu dekat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau pengelolaan baru TPA sudah terwujud, kami tinggal membenahi budaya masyarakatnya,” ujar Agus.
Menurutnya, warga permukiman menjadi penyumbang terbanyak problem persampahan di Solo yakni sebesar 93%. Sisanya baru limbah industri seperti pabrik. Agus menilai problem limbah domestik sebenarnya dapat diurai jika warga bijak mengelola sampah rumah tangganya. Salah satunya dengan membuat komposter, alat pengurai sampah menjadi pupuk. “Modal tong bekas sudah bisa buat komposter,” tuturnya.

Agus mengatakan pengoperasian komposter wajib diawali kebiasaan warga memilah sampah organik dan anorganik. Menurutnya, kesadaran inilah yang masih kurang di lingkungan warga. Masyarakat, imbuhnya, cenderung mencampur kedua jenis sampah tersebut sehingga sulit didaur ulang. “Padahal upaya memilah ini sebenarnya sangat penting. Selain memudahkan pengelolaan sampah di tingkat akhir, warga bisa mendapat manfaatnya lewat pengolahan.”

Pihaknya telah menyediakan alat pemilah sampah berikut komposter di sejumlah kantor kelurahan dan sekolah. Agus berharap fasilitas tersebut dapat dicontoh warga untuk diterapkan di wilayahnya. Ia tidak mengharapkan warga menunggu bantuan Pemkot untuk merealisasikan pengelolaan sampah mandiri. “Kalau terus disediani, pemberdayaan tidak akan pernah jalan. Inisiatif warga ini juga menjadi penilaian penting dalam Adipura.”

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, telah mengkoordinasi SKPD untuk terus melakukan pembenahan kebersihan di Kota Bengawan. Dia mencontohkan 10 pasar tradisional yang kebersihannya disorot tim penilai Adipura telah dibenahi. “Pedagang sudah diberi pemahaman agar tidak mencampur sampah kardus dengan sayuran. Bak sampahnya juga terus dipantau,” tuturnya.
Rudy menambahkan penghargaan Adipura hanya menjadi alat agar warga dapat meningkatkan kesadaran berlingkungan. “Adipura bukan tujuan utama, yang terpenting itu sehat lingkungannya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya