SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengisian bahan bakar minyak di SPBU. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Kebutuhan bahan bakar meningkat hingga 9.000 liter setiap tahunnya.

 

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

 

Harianjogja.com, BANTUL– Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Bantul pada 2015 menghabiskan 8,8 juta liter bahan bakar.

Kebutuhan bahan bakar meningkat hingga 9.000 liter setiap tahunnya. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul melansir konsumsi bahan bakar selama 2015.

Kepala Seksi Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindagkop Bantul Zanita Sri Andanawati menyebutkan, konsumsi BBM baik premium, solar pertamax, pertalite dan pertamina dex pada 2015 mencapai 8,8 juta liter.

Terjadi kenaikan dibanding konsumsi bahan bakar pada 2014. “Naiknya hampir 10.000 liter tapi tidak sampai 10.000,” terang Zanita, Rabu (13/1/2016). Konsumsi bahan bakar minyak selalu mengalami tren kenaikan seiring bertambahnya pengguna taransportasi di Bantul. Selain itu faktor kenaikan jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah ini juga mendorong peningkatan konsumsi BBM.

Kendati demikian, tren kenaikan konsumsi BBM diklaim lebih stabil dibanding kenaikan gas elpiji. “Kalau elpiji itu jelas pasti naik terus dan cenderung tinggi, karena penduduk bertambah. Tapi kalau BBM tidak tergantung pada pertambahan penduduk. Saat harga naik konsumsi BBM bisa turun,” ujarnya lagi.

Ditambahkannya untuk 2016, Disperindagkop Bantul mengajukan kenaikan kuota BBM sebesar 13% dari kuota 2015. Sejauh ini kata dia, Pertamina belum memutuskan berapa kuota BBM yang disetujui untuk 2016. “Usulan itu masih dikaji Pertamina sampai sekarang kami belum tahu berapa kuota untuk 2016,” lanjutnya.

Sementara itu, petani di Bantul mengklaim adanya peningkatan konsumsi BBM belakangan ini seiring berkurangnya pasokan air irigasi untuk lahan pertanian. Bahan bakar seperti premium banyak digunakan untuk menghidupkan pompa air.

“Kalau tidak menggunakan pompa air untuk menyirami tanaman, lahan bisa kering. Karena air irigasi sekarang tidak bisa diharapkan, hujan tahun ini sedikit. Makanya sekarang konsumsi premium tinggi di wilayah selatan,” jelas Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bantul Suroto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya