Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Hal ini ditegaskan oleh sejumlah aktivis itu saat bertemu di Masjid Wustho, Ketelan, Solo, Jumat (12/10/2012) siang. Kepada wartawan, salah satu mantan aktivis di Ambon dan Poso tahun 2000, Yuli Sya’ban, 32, menyatakan bahwa dalam jihad tidak akan pernah ada rasa penyesalan. “Karena itu selama masih dibutuhkan upaya amar makruf nahi mungkar di mana saja, kami akan selalu siap terjun,” tegas warga Gondangrejo, Karanganyar ini.
Yuli juga menyatakan, pertemuan Forum yang saat ini kebetulan berlangsung bersamaan dengan peringatan Bom Bali I sama sekali tidak dimaksudkan untuk memperingati hal itu. “Kami tidak mengenal peringatan-peringatan seperti itu. Pertemuan ini sebenarnya rutin tiap dua pekan, dan kebetulan kali ini bersamaan dengan peringatan Bom Bali I. Jadi itu kebetulan saja,” tegasnya.
Sementara Ketua Forum Silaturahmi, Joko Tri Harmanto, 34, yang kebetulan mantan narapidana kasus Bom Bali I karena terlibat menyembunyikan Noordin M Top, menegaskan pula bahwa serangan Bom Bali bukan soal salah atau benar. “Ini semua terkait keyakinan,” ujar warga Manang, Grogol, Sukoharjo, yang dulu ditahan di LP Cipinang tahun 2004-2008 itu. Dia pun menyatakan sama sekali tidak ada penyesalan karena terlibat dalam apa yang disebutnya sebagai perjuangan itu.
Joko juga mengakui dia dulu mengenal Noordin saat masih dalam tahap perencanaan serangan Bom Bali I. Dia pun pernah menyembunyikan Noordin di rumahnya di kawasan penumping Solo. Dia juga membenarkan bahwa Noordin memang tewas dalam penyergapan oleh Densus 88 Mabes Polri di Mojosongo, Solo.