SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Karanganyar (Espos)–Sekitar 275 hektare lahan pertanian di Desa Genengan, Jumantono pada masa tanam (MT) III terancam bera. Pasalnya tidak ada lagi sumber mata air yang dapat digunakan untuk mengairi lahan.

Kepala Seksi Ekonomi Pembangunan Desa Genengan, Sanroji kepada Espos, Sabtu (30/5), mengatakan dari total luas lahan pertanian yakni lebih kurang 300 hektare, pada MT III hanya 25 hektare saja yang dapat ditanami.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Lahan pertanian di sini merupakan lahan tadah hujan dan biasanya pada MT III hanya lahan yang letaknya berdekatan dengan sumber mata air seperti sendang saja yang dapat ditanami, itu pun belum tentu dapat panen seutuhnya,” jelasnya.
Ia mengutarakan tak jarang pada pertengahan masa tanam mata air sudah menyusut dan kering. Sehingga tanaman akan kering dan mati.

Sanroji mengutarakan guna menanggulangi masalah kekeringan lahan, beberapa petani telah mencoba melakukan penggalian guna membuat sumur pantek.

Namun meski telah digali sedalam 120 meter hal tersebut belum juga membuahkan hasil.“Mungkin ini pengaruh dari susunan tanah, saat menggali hingga kedalaman 30 meter belum tentu ditemukan bebatuan. Sehingga tidak heran meski telah menggali sedalam 120 meter, belum cukup menghasilkan air untuk mengairi lahan,” jelasnya.

Ia mengatakan beberapa sumur pantek tersebut akhirnya hanya dibiarkan terbengkalai karena tidak dapat berfungsi secara maksimal untuk mengatasi kekeringan.

tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya