SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Kurang lebih 20% dari potensi ekspor di Jawa Tengah belum memanfaatkan jasa pelayanan angkutan ekspor di Terminal Petikemas Semarang (TPKS).

Menurut Manager Operasional TPKS, Edi Sulaksono, masih ada beberapa eksportir yang memilih mengirim barang melalui Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta.

Promosi Hari Ini Jadi Cum Date Dividen Saham BBRI, Jangan Ketinggalan THR dari BRI

“Maka dari itu, TPKS terus berupaya memaksimalkan potensi sumber daya dan pelayanan agar aktivitas ekspor impor melalui Tanjung Emas Semarang bisa dimaksimalkan,” kata Edi, saat ditemui Solopos.com, di sela-sela Sharing Session Pelayanan Kegiatan Ekspor Jateng yang diselenggarakan di Solo Paragon Hotel and Residences, Selasa (18/12/2012). Pada kegiatan tersebut, TPKS menghadirkan asosiasi perusahaan pelayaran Indonesia dan asosiasi perusahaan logistik dan ekspedisi serta pelaku ekspor di Soloraya dan Jogja.

Sharing session bertujuan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan para eksportir sehingga ke depan TPKS bisa memperbaiki pelayanan, dengan harapan eksportir Soloraya dan Jogja bisa ekspor melalui Tanjung Emas.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia menjelaskan, TPKS memiliki kapasitas bongkar muat 500.000 TEUs per tahun. Target tahun 2012 adalah 414.000 TEUs dan sudah terealisasi 418.000 TEUs.

“Atau, volume bongkar muat TPKS sampai November sudah mencapai 260.000 box, lebih tinggi dari target sepanjang tahun ini 255.000 box,” tambah dia. Di TPKS sendiri ada sembilan perusahaan pelayaran yang mampu menyediakan 40 unit hingga 5 unit kapal setiap bulannya.

Per 26 Oktober lalu, TPKS membuka rute domestik Semarang-Banjarmasin. “Ini adalah rute domestik pertama yang kami buka. Sebelumnya, kami lebih fokus pada rute-rute internasional.” Pembukaan rute domestik ini, juga diharapkan bisa memperluas potensi pasar.

Rute internasional yang dilayani langsung dari Tanjung Emas Semarang juga masih sebatas di negara-negara Asia. Sementara, untuk mengirim barang sampai Eropa, Amerika, Afrika dan Australia, harus menggunakan kapal feeder dan transit di Singapura.

Sementara itu, Asistant Senior Manager Bina Pelanggan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Semarang, Daru Wicaksono, mengakui masih banyak eksportir Jawa Tengah dan Jogja yang lebih senang mengirim barang melalui Surabaya dan Jakarta. Menurut dia, kondisi ini menjadi tantangan bagi TPKS untuk memaksimalkan pelayanan dan menarik eksportir memanfaatkan jasa TPKS.

Ketua DPW Asosiasi Perusahaan Pelayaran Indonesia, Ridwan, mengakui potensi pasar industri pelayaran Indonesia sangat besar. Alasannya, Indonesia menjadi salah satu tujuan ekspor negara-negara besar termasuk Amerika Serikat (AS).

Dia menyampaikan, yang menjadi kelemahan saat ini adalah seluruh barang yang diekspor pasti melalui pelabuhan di Singapura sebagai hub port.

“Pelayaran langsung dari Semarang hanya negara-negara di Asia, seperti Hongkong, China, Taiwan, Malaysia. Tetapi, untuk mencapai Eropa dan Amerika kita harus pakai feeder ke Singapura baru nanti ganti kapal di Singapura.”

Kondisi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun. Maka, Asosiasi Perusahaan Pelayaran Indonesia berkeinginan memindahkan hub port tersebut ke salah satu pelabuhan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya