SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Sekretariat Presiden)

Solopos.com, JAKARTA—Baru-baru ini dua lembaga survei mengeluarkan hasil survei yang berbeda 180 derajat mengenai tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Padahal hasil survei itu dikeluarkan dalam waktu hampir bersamaa.

Dua lembaga survei yang dimaksud adalah Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia dan Indobarometer.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia pada 15 Mei lalu mengeluarkan hasil  tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo mengalami penurunan 58,1 persen. Pada Desember 2021, hasil survei Indikator Politik Indonesia menyatakan kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo saat itu sebesar 72 persen.

Baca Juga: Survei: Masyarakat Kapok Polarisasi, Airlangga Capres Paling Dipilih

Ekspedisi Mudik 2024

Angka tersebut berdasarkan survei terhadap 1.228 responden yang diambil secara acak. Survei dilakukan pada 5-10 Mei 2022 dengan margin of eror 2,9 persen.

“Yang mengatakan puas 8 persen, yang mengatakan cukup puas 50,1 persen. Total 58,1 persen,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers virtual, Minggu (15/5).

Menurut Burhanuddin, faktor utama menurunnya tingkat kepuasan kinerja terhadap Jokowi ini adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok.

Baca Juga: Hasil Survei di Bawah Perindo, Petinggi DPP PAN Sewot

Sementara itu, berdasarkan hasil survei Indobarometer tingkat kepuasan publik atas kinerja Presiden Jokowi mencapai 78,3 persen.

“Seiring membaiknya pandemi Covid-19 dan teratasinya persoalan minyak goreng, tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi mencapai 78,3 persen,” kata Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (15/5).

Dari angka itu 7,9 persen di antaranya mengaku sangat puas atas kepemimpinan atau kebijakan yang dilakukan Presiden Jokowi. Membaiknya tingkat kepuasan itu diklaim tak lepas dari teratasinya persoalan minyak goreng.

Baca Juga: Puan Maharani ke Kader PDIP Wonogiri: Jangan Terpengaruh Survei!

“Mungkin itu survei yang dibuat untuk mengukur daya tahan Indobarometer sendiri. Kelihatannya memang surveyor ini yang berupaya nyari remah-remah. Yang jelas tanya kepada emak-emak, harga minyak itu nggak turun dari harga yang ditetapkan pemerintah sebetulnya basisnya. Tetap itu terlihat karena ada faktor-faktor baru, ekspor dilarang tetapi penyelundupan berlangsung terus,” ujar pengamat politik Rocky Gerung dalam video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (17/5/2022).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, remah adalah repih-repih atau sisa-sisa makanan dan sebagainya yang ketinggalan di tempat makan. Rocky menyayangkan media massa yang menelan mentah-mentah hasil surveri tersebut. Menurut dia, pers harus mempertimbangkan mana hasil survei yang masuk akal.

“Masak dua-duanya benar dan dua-duanya salah, satu di antaranya mesti salah. Media mestinya membuat perbandingan kemudian menganalisisnya supaya ketahuan lembaga survei mana yang bohong,” ujar dosen Universitas Indonesia itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya