SOLOPOS.COM - Petugas kesehatan hewan dari BBVet dan Disnakan Sragen melakukan pemeriksaan terhadap ternak sapi di wilayah Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen, Kamis (19/5/2022). (Istimewa/Polsek Tanon)

Solopos.com, SRAGEN — Sapi-sapi di Tanon dan Plupuh yang terindikasi terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) ternyata dibeli dari Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dan Kabupaten Grobogan. Sapi-sapi itu yang sudah di-swab itu kemudian dikarantina dan diberi asupan makan yang cukup serta pengobatan supaya tidak menular ke sapi-sapi lainnya.

Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama, melalui Kapolsek Tanon, AKP Primadana Bayu Kuncoro, menerangkan laporan indikasi penyakit yang mengarah pada PMK itu ditemukan di lokasi kandang komunal di wilayah Desa Gading, Kecamatan Tanon. Populasi sapi di kandang komunal itu mencapai 48 ekor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Riwayatnya, pada Jumat 29 April 2022 pukul 10.00 WIB, warga membeli 15 ekor sapi anakan atau pedet kepada pedagang sapi di Pasar Hewan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Harganya Rp7 juta-Rp10 juta per ekor. Setelah dipelihara selama 14 hari, tahu-tahu tiga ekor anak sapi itu timbul gejala seperti sariawan pada mulut, lendir pada hidung, dan kuku luka,” ujar Bayu, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (19/5/2022).

Laporan itu sudah ditindaklanjuti dengan pengecekan kesehatan sapi-sapi itu oleh tim gabungan dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta, dan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen pada Kamis siang.

Baca Juga: 6 Ekor Sapi di Sragen Terindikasi Terkena PMK, Ini Langkah Disnakkan

Dia menerangkan petugas itu mengambil sampel lendir. Hasil uji laboratorium itu, ujar dia, masih menunggu dari hasil pemeriksaan laboratirum di BBVet Wates, Yogyakarta.

“Dari keterangan pemiliknya, tiga ekor sapi itu sebelumnya sudah dipisahkan dengan sapi-sapinnya. Jadi belum ada kepastian negatif atau positif atas hasil pemeriksaan hewan ini karena masih menunggu uji laboratorium BBVet Wates,” ujarnya.

Kapolsek Plupuh, Iptu Suparno, mengungkapkan petugas gabungan sudah mengambil sampel liur tiga ekor sapi di Desa Ngrombo, Plupuh. Peternak di Ngrombo ini membeli satu dari wilayah Ngawi, sapi dua pekan lalu. Saat sapi itu dibeli, belum ada indikasi mulut sariawan dan ada bengkak pada bagian kuku sapi.

“Gejala sakit itu diketahui Senin [16/5/2022] lalu. Kebetulan di rumah ada dua ekor sapi dan tertular sehingga ada tiga ekor yang diduga memilik penyakit yang mengarah pada PMK. Tiga ekor sapi itu dikarantina sesuai dengan petunjuk ahlinya. Hasilnya, kami masih menunggu dan semoga negatif,” katanya.

Baca Juga: Isu PMK Merebak, Penjualan Sapi di Karanganyar Lesu

Suparno menerangkan kondisi sapi sekarang sudah mau makan dan minum. Dia menerangkan tingkat fatalitas atas PMK ini kecil. Untuk mengurangi fatalitas itu, ujar dia, peternak harus memberi makan dan minum serta vitamin kepada sapi. “Bila perlu sapi itu didulang biar makannya banyak sehingga fatalitasnya rendah,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya