SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sakit (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, WONOGIRI -- Dua warga Wonogiri meninggal dunia akibat penyakit Leptospirosis pada 2019. Pada periode yang sama tercatat ada 59 penderita penyakit akibat virus yang dibawa tikus tersebut.

Masyarakat diminta segera periksa ke Puskesmas jika mengalami demam agar penanganan Leptospirosis tidak terlambat. Keterlambatan penanganan Leptospirosis bisa mengakibatkan korban meninggal dunia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gejala awalnya demam tinggi. Biasanya masyarakat kerap mengira demam yang dialami adalah demam biasa sehingga tidak segera periksa ke pelayanan kesehatan.

“Kalau demam segera saja ke pelayanan kesehatan. Jangan sampai terlambat,” kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Supriyo Heriyanto, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (9/1/2020).

Ekspedisi Mudik 2024

Penularan leptospirosis biasanya terjadi di sawah. Saat musim hujan, potensinya makin tinggi karena pada masa tanam sawah menjadi lebih basah. Kasus ini juga ditemukan pada daerah banjir.

Pilkada Wonogiri: Langkah Strategis Jekek Dapatkan Kepercayaan Masyarakat

Di Wonogiri, penularan leptospirosis biasanya terjadi di sawah atau rumah yang ada tikusnya. Ia berpesan kepada masyarakat agar jika memiliki luka di kaki dan tangan sebaiknya jangan beraktivitas dulu di sawah.

Leptospirosis sangat mudah masuk ke dalam jaringan tubuh melalui luka yang terbuka. Masyarakat juga diminta menghindari tikus atau mengurangi populasi tikus dengan tidak membiarkan ada sisa makanan di dapur.

“Perantaranya kan tikus. Masuknya melalui luka atau lecet di tubuh. Leptospirosis berdampak terhadap kerusakan ginjal,” terang dia.

Pada tahun ini, Dinas Kesehatan Wonogiri belum menerima laporan adanya kasus leptospirosis. Laporan itu biasanya disampaikan rumah sakit paling lambat sepekan setelah penanganan kasus.

Autopsi Jenazah Lina Selesai, Ini Penjelasan Polisi

“Kalau ada kasus, mungkin dalam posisi dirawat. Kalau kasus di awal, pertengahan atau akhir baru dilaporkan.”

Pada 2019 terdapat kasus 59 kasus DBD dengan tiga orang meninggal dunia. Jumlah kasus itu meningkat dibanding 2018 sebanyak 21 kasus.

“Secara nasional jumlah kasusnya naik semua. Pada 2018, secara nasional juga turun semua. Ini memang siklus karena pengaruh musim hujan dan kemarau,” beber Priyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya