SOLOPOS.COM - Ilustrasi fogging atau pengasapan untuk memutus daur hidup nyamuk (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Solopos.com, SOLO — Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar mencatat 190 warga Karanganyar sakit chikungunya hingga pekan ke-27 2021. Lantas gejala apa yang kera muncul saat terjangkit chikungunya?

Di Karanganyar, wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu menjadi yang tertinggi dengan jumlah warga terjangkit sebanyak 69 orang. Ada lima wilayah Puskesmas di Karanganyar menjadi wilayah endemisitas persebaran penyakit chikungunya selama 2021.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Kelima wilayah Puskesmas tersebut antara lain di Tasikmadu, Mojogedang 2, Colomadu 1, Kebakkramat 1, dan Karanganyar. Berdasarkan penyelidikan epidemiologi yang dilakukan Dinkes, persebaran penyakit chikungunya tidak ditemukan lagi setelah pekan ke-27 tahun 2021.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Oh Ini Awal Mula Jumat Tanggal 13 Dianggap Sial dan Penuh Kutukan!

Sebagaimana dikutip dari Profil Kesehatan Indonesia 2019 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), gejala utama demam Chikungunya (demam chik) adalah demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki, tangan, tulang belakang, serta ruam pada kulit.

Demam chik ini ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypti yang juga merupakan nyamuk penular penyakit DBD. Demam chik ini terutama dijumpai di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan epidemi.

Beberapa faktor yang memengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.

Pada tahun 2019 ditemukan kasus demam Chikungunya sebanyak 5.042 kasus. Kasus demam Chikungunya paling banyak dilaporkan terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak 1.044 kasus, Lampung sebanyak 829 kasus, dan Gorontalo sebanyak 534 kasus.

Baca Juga: Cara Membedakan Nyeri Dada karena Jantung, Lambung dan Gangguan Paru

Kejadian demam chikungunya mengalami penurunan kasus yang sangat signifikan pada 2010-2012, namun kembali meningkat cukup tinggi pada tahun 2013 dan turun kembali cukup signifikan mulai tahun 2014 sampai tahun 2018. Tetapi pada tahun 2019 terjadi peningkatan kasus kembali.

Dari beberapa gejala chikungunya, sampai dengan saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat chikungunya. Faktor penyebab meningkatnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif lembab dengan curah hujan yan tinggi dan periode waktu hujan yang panjang, adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya