SOLOPOS.COM - Kaur Ekonomi Pembangunan (Ekobang) Desa Caturharjo, Wahadi, menunjukkan kondisi jalan yang rusak di wilayahnya, Selasa (11/12) (JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani)

Kaur Ekonomi Pembangunan (Ekobang) Desa Caturharjo, Wahadi, menunjukkan kondisi jalan yang rusak di wilayahnya, Selasa (11/12) (JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani)

Pemerataan pembangunan nampaknya belum dirasakan warga tiga desa di Kecamatan Pandak, yakni Triharjo, Caturharjo, dan Sidomulyo. Hingga saat ini, mimpi warga yang ingin merasakan akses jalan yang bagus, tak pernah tercapai. Mereka harus bersusah payah menempuh jalan yang sulit dilalui untuk beraktivitas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Delapan belas tahun yang lalu, tepatnya 1994, jalan penghubung yang melintasi tiga desa tersebut sempat mendapat program pengerasan dari pemerintah. Program itu memberikan harapan jika jalan itu akan semakin baik. Namun penantian selama 18 tahun itu kini seolah tak berujung. Sampai saat ini, warga masih harus berjuang menyusuri jalanan berbatu.

Ekspedisi Mudik 2024

Kaur Ekonomi Pembangunan (Ekobang) Desa Caturharjo, Wahadi, saat ditemui Harian Jogja, Selasa (11/12) mengungkapkan, jalanan di tiga desa tersebut memang kondisinya saat ini memprihatinkan. Selain rusak, jalan masih berupa batu dan tanah liat. Kondisi jalan akan semakin sulit dilalui saat musim hujan tiba. Tak ayal, warga terpaksa memilih menempuh jalan lain meskipun harus memutar dengan jarak yang lebih jauh dan waktu tempuh yang lebih lama. Jika terpaksa melintas, mereka harus bertarung dengan tajamnya bebatuan yang bisa menusuk ban.

“Warga yang seharusnya bisa sampai di tempat tujuan dalam waktu lima menit, harus memutar dengan waktu tempuh hampir 30 menit. Selain membutuhkan tenaga ekstra, juga membutuhkan biaya lebih,” ucap dia.

Padahal  jalan sepanjang sekitar dua kilometer tersebut merupakan jalan penghubung antar kecamatan yang selalu menjadi jalur lalu lintas ekonomi, pendidikan, wisata sekaligus jalur evakuasi. Dengan buruknya kondisi jalan, otomatis kegiatan-kegiatan tersebut terganggu. Tidak hanya itu jalan tersebut juga diakui merupakan jalan evakuai bencana.

“Dahulu saat gempa 2006, di sini dijadikan jalur evakuasi karena daerahnya cukup tinggi. Di sini juga menjadi jalur wisata. Jadi semua terhambat dengan jalan yang jelek,” papar Kepala Dusun Gluntung, Desa Caturharjo, Endardi.

Kepala Desa Sidomulyo, Edi Murjito, berharap Pemkab Bantul memberikan bantuan untuk pengaspalan jalan. Sebab untuk membangun jalan secara swadaya disebutnya tidak akan mungkin. Dengan penghasilan yang minim, masyarakat sangat tidak mungkin untuk melakukan swadaya membangun jalan yang diperkirakan menelan dana Rp1,5 miliar itu.

“Kami telah berkomunikasi dengan enam dusun yang masuk kawasan yaitu Ngajaran, Banyuurip, Bogem, Gluntung Lor, Gluntung  Kidul, dan Gumulan, untuk kembali mengajukan bantuan. Kami sudah sempat audiensi dengan Bupati dan dapat bantuan sekitar 500 meter, tapi itu juga belum terealisasi,” terang dia.

Edi berharap pada 2013 nanti, jalan itu akan dibangun, karena ada sekitar 2.000 kepala keluarga (KK) yang sangat membutuhkan perbaikan jalan tersebut. “Kami sangat berharap pada 2013 dapat kucuran dana untuk perbaikan jalan. Itu bisa membuka potensi ekonomi, pendidikan dan pariwisata yang ada,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya