SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Pekerja melakukan proses pengepakan mebel yang siap dikirim ke luar negeri disalahsatu gudang eksportir mebel dan hadycraft Luwang, Gatak, Sukoharjo, Jumat (19/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO — Sebanyak 600.000 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia sudah memasuki perdagangan ekspor. Jumlah tersebut masih sangat minim atau sebesar 17% dari jumlah total UMKM sebanyak 55 juta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Asisten Departemen Urusan Ekspor dan Impor Kementerian Koperasi dan UKM, Bonar Hutauruk, mengatakan jumlah pengusaha UMKM yang sudah masuk ke pasar ekspor itu bertransaksi melalui dua cara. Para pengusaha UMKM tersebut mengekspor langsung ke buyer maupun melalui perantara trader. Ia menduga jumlah tersebut masih akan meningkat jika ditambah dengan industri pengolahan dan pengrajin pendukung di luar UMKM.

“Selama ini perdagangan ekspor masih banyak didominasi oleh pengusaha besar. Kami berharap pada 2014 nanti jumlah UMKM yang ekspor bisa bertambah menjadi 20%,” ujarnya saat ditemui wartawan di sela-sela acara Temu Konsultasi Ekspor dan Pemasaran Produk Kriya di Hotel Sahid Jaya Solo, Jumat (19/4/2013).

Menurutnya, data UMKM yang ekspor ini memang cukup sulit dideteksi. Pasalnya, perdagangan tidak langsung tidak dicatat di Badan Pusat Statistik (BPS). Masalah klasik yang dihadapi para pengusaha UMKM ini adalah seperti permodalan yang minim dan kurangnya pengetahuan tentang ekspor.

Bonar menyebutkan salah satu cara untuk meningkatkan perdagangan ekspor UMKM itu adalah dengan program sharing cargo. Sharing cargo adalah sistem perdagangan dari beberapa UMKM yang dimasukkan terpadu dalam satu kontainer. Hal itu dapat mempercepat dan menurunkan biaya operasional pengapalan barang. Program itu digagas oleh Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

“Tahun ini baru diujicobakan. Rencananya nanti akan diterapkan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang,” jelasnya.

Program tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah barang produksi UMKM yang diekspor. UMKM yang kompeten dan potensial juga akan didampingi oleh Kemenkop dan UKM.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Solo, Nur Haryani, mengatakan jumlah UMKM di Kota Bengawan sekitar 10.630. Dari jumlah tersebut sebanyak 38% adalah usaha skala mikro, 30% skal kecil dan 29% skala menengah. Usaha tersebut di antaranya bergerak di bidang perdagangan dan jasa, handycraft, fashion, furniture, kuliner, serta di bidang kesehatan seperti obat herbal dan kecantikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya