SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 16 pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Tangen-Grobogan, Desa Katelan, Kecamatan Tangen, Sragen, segera direlokasi ke pusat kuliner yang dibangun Pemerintah Desa Katelan di sebelah selatan Lapangan Tangen yang kini menjadi Alun-alun Tangen.

Pembangunan belasan selter PKL itu satu paket dengan proyek pembangunan lapangan senilai Rp200 juta. Penjelasan itu disampaikan Kades Katelan, Tangen, Suparno, saat dihubungi Solopos.com di sela-sela kegiatan di Semarang, Sabtu (29/12/2018).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia menjelaskan pembangunan selter PKL itu sebagai upaya penataan PKL di Tangen yang kini mulai tumbuh sebagai kota kecil. Dia mengatakan para PKL yang berjualan di pinggir jalan ditata dan dikumpulkan dalam satu selter kuliner.

“Konsep pusat kuliner itu jadi satu dengan lapangan yang beralih fungsi sebagai ruang publik. Dananya Rp200 juta yang bersumber dari BKK [bantuan keuangan khusus] dari Wakil Bupati Sragen. Dana BKK itu merupakan tahun kedua. Tahun pertama juga senilai Rp200 juta pada 2017 lalu,” ujar Suparno.

Dia menyampaikan setiap malam lapangan itu diramaikan para remaja yang menongkrong. Setiap Minggu pagi pun, kata dia, ada kegiatan car free day (CFD) di kota Kecamatan Tangen dan antusiasme warga sangat tinggi.

Dia mengatakan pertumbuhan kota kecamatan sebagai kota kecil itu terjadi karena adanya sejumlah fasilitas yang memadai. Seorang warga Katelan, Widowati, saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Sabtu siang, mengakui adanya penataan PKL di sebelah selatan lapangan.

Widowati yang membuka jasa fotokopi itu menyampaikan para PKL di pinggir jalan yang ditata ke pusat kuliner itu, ada hidangan istimewa kampung (HIK), PKL minuman, dan PKL makanan lainnya.

“Ya, Tangen tumbuh perekonomiannya sejak 2016 lalu. Kota Kecamatan Tangen ini menjadi memiliki akses yang terjangkau ke arah Jawa Timur dan ke arah Grobogan, Blora, hingga Pati serta sampai ke arah Semarang. Lokasinya cukup strategis,” ujarnya.

Widowati menyampaikan seiring dengan pertumbuhan fasilitas kota itu memiliki dampak negatif, yakni berupa kenakalan remaja. Ia pun pernah mendampingi remaja yang kecanduan pil koplo.

“Ya, padahal remaja perempuan. Saat tidak sadar itu sempat tiba-tiba ke tengah jalan raya. Semua kembali pada perhatian orang tua dan lingkungan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya