SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Jembatan gantung yang menghubungkan Dukuh Kaponan, Jetak, Sidoharjo, dengan Dukuh Guwosari, Jurangjero, Karangmalang, Sragen, sudah 15 tahun ini menjadi andalan warga untuk berpindah dari ujung satu ke ujung lainnya.

Jembatan dengan konstruksi besi sepanjang 300 meter dan lebar 1,5 meter yang melintang di Sungai Mungkung itu mulai rusak.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Lalu lintas warga yang melintas di jembatan alternatif antarkecamatan itu cukup padat. Dalam satu menit lebih dari tiga motor yang melintas di jembatan dengan alas balok kayu itu. 

Karena lebar jembatan yang hanya 1,5 meter, jembatan itu hanya dilewati dari satu arah secara bergantian. 

“Setiap hari saya melewati jembatan ini. Meskipun goyang-goyang, saya tidak takut. Jembatan ini lebih baik memang dibangun yang lebih lebar sehingga bisa untuk bersimpangan,” ujar Suranti, 53, pencari rosok asal Dukuh Purwosari RT 006, Desa Jurangjero, Karangmalang, Sragen, yang ditemui wartawan saat hendak melintasi jembatan itu dengan motornya, Selasa (16/10/2018) siang.

Selama ini kalau mau lewat Suranti harus menunggu arus dari seberang habis dulu. Pengguna jembatan itu harus antre bergantian untuk lewat. 

Bayan III Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Surhipto, menambahkan jembatan ini menjadi akses utama warga Jurangjero yang bersekolah di wilayah Jetak. 

Banyak anak-anak Guwosari, Jurangjero, yang memilih sekolah di SDN 2 Jetak dan SDN 4 Jetak karena jaraknya lebih dekat. 

“Mereka juga ada yang sekolah di SMPN Sidoharjo yang terletak di Purwosuman. Belum lagi para pedagang juga lewat sini. Kalau jembatan ini dibangun permanen, akses ekonomi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat,” ujar Surhipto.

Dia ingat jembatan gantung itu dibangun saat masa pemerintahan mantan Bupati Untung Wiyono. Dia juga mengungkapkan jembatan ini pernah tersapu banjir Sungai Mungkung kemudian diperbaiki oleh pemerintah sehingga masih bisa digunakan sampai sekarang.

“Kayu-kayunya sudah banyak yang rusak dan memang sudah waktunya diganti dengan jembatan permanen,” tambahnya.

Kepala Desa Jetak, Sidoharjo, Sragen, Siswanto, mengatakan jembatan gantung itu menghubungkan dua desa di dua kecamatan sehingga sangat layak bisa dibangunkan jembatan permanen sebagai penggantinya.

Selama ini, Siswanto menyampaikan jalur alternatif antardesa dan antarkecamatan itu hanya bisa dilewati motor, sepeda onthel, dan pejalan kaki.

“Bagi warga yang menggunakan mobil tidak bisa lewat jembatan itu tetapi harus memutar lewat Saradan, Karangmalang, baru sampai di Jurangjero. Jarak tempuhnya 3-4 km. Tetapi dengan lewat jembatan itu hanya dalam hitungan detik sudah bisa sampai Jurangjero. Jembatan Kaponan ini sangat potensial untuk dibangun,” ujar Siswanto.

Kades mengatakan persoalan jembatan Kaponan itu sudah disampaikan ke Bupati. Dia berharap entah kapan jembatan tersebut diganti dengan jembatan permanen yang memungkinkan untuk mobil lewat.

“Pertumbuhan ekonomi jelas naik dengan pembangunan jembatan baru yang permanen. Jalur itu menjadi jalur ramai menuju Sragen karena jaraknya lebih dekat lewat situ daripada lewat jalan raya yang terlalu berisiko,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya