SOLOPOS.COM - KIrab Malam 1 Sura (Dok/JIBI/Solopos)

Sebanyak 13 pusaka milik Keraton Solo akan dikirab pada malam 1 Sura.

Solopos.com, SOLO — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sesuai tradisi akan menggelar kirab malam 1 Sura 1950 tahun Dal pada Rabu (20/9/2017) malam. Sebanyak 13 pusaka Keraton akan dikirab dalam acara tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Budayawan Jawa yang pernah menjadi Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, K.P.A. Winarno Kusumo, mengatakan peringatan tahun baru dalam penanggalan Jawa itu akan diadakan karena sudah menjadi tradisi khususnya bagi orang Jawa. Terlebih, kirab 1 Sura sudah menjadi event nasional.

Menurutnya, prosesi kirab tetap sama. Panitia akan mengundang sentana dan sentana anon-anon untuk membawa pusaka dalam kirab sesuai paugeran. “Ini tradisi yang tak mungkin dihilangkan,” kata dia kepada wartawan dalam jumpa pers di Ndalem Kayonan, Baluwarti, Rabu (13/9/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia menjelaskan ada perbedaan mendasar antara perayaan tahun baru Masehi dengan tahun baru Jawa. Pada malam 1 Januari, biasanya diisi dengan hura-hura. Sedangkan pada 1 Sura, setelah keluar dari Dalem Ageng, peserta kirab ditekankan bersikap semedi atau prihatin dan tak boleh bicara atau tapa bisu.

Namun, dalam perjalanan kirab itu, mereka juga berdoa dan berserah pada Allah SWT sambil memohon maaf atas kesalahan yang dilakukan selama satu tahun terakhir. Rombongan juga berdoa semoga mendapatkan perlindungan dan petunjuk untuk menapaki tahun baru agar diberi keselamatan dan ketenteraman.

“Doa itu tidak hanya untuk Keraton Surakarta, tetapi juga untuk Nagari Kesatuan Republik Indonesia sak wetahipun. Dalam perjalanan kirab tidak boleh sambil guyon tapi merenung dan instrospeksi. Itu yang penting,” papar dia.

Sementara itu, abdi dalem dan sentana yang tidak ikut kirab wajib berdoa sesuai keyakinan mereka masing-masing. Mereka bisa menggunakan Masjid Pujosono, Suranatan, dan tempat-tempat lain untuk berdoa menunggu pusaka-pusaka kembali lagi ke Keraton.

Lelaki yang akrab disapa Kanjeng Win itu mengutarakan rute yang ditempuh masih sama. Dalam bahasa Jawa diistilahkan pradak sinak. Maknanya putaran kirab tetap menempatkan Keraton di sebelah kanan barisan kirab.

“Rutenya dari Dalem Ageng keluar melalui Brojonolo. Kemudian ke kiri melalui Supit Urang. Sampai alun-alun utara terus ke utara hingga perempatan Telkom ke timur. Barisan berbelok ke kanan melalui Jl. Kapten Mulyadi ke selatan dan berbelok ke barat di Perempatan Baturono. Sampai Perempatan Gemblegan belok ke utara kemudian belok ke kanan atau timur di Perempatan Nonongan sampai Gladak lalu masuk lagi ke Keraton,” papar dia.

Ia mengatakan ada 13 pusaka yang akan dikirab. Namun, jumlah itu bisa saja berubah. Yang jelas, jumlah pusaka yang dikirab adalah ganjil. “Keluar 11 pusaka pernah, keluar 9 pusaka ya pernah. Tapi karena ini PB XIII, kami persiapkan untuk mengirab 13 pusaka,” terang dia.

Sedangkan kerbau yang diikutkan kirab jumlahnya belum pasti. Kerbau yang dikirab adalah kerbau yang dipelihara di sebelah selatan Alun-alun Kidul. “Kalau kerbau yang dipelihara di Sitinggil dan Boyolali enggak pernah dipakai kirab. Biasanya sehari sebelumnya dimandikan, memutari Baluwarti. Jumlahnya lihat situasi, bisa lima atau tujuh,” terang dia.

G.K.R. Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng) mengatakan anggaran kirab berasal sepenuhnya dari pemerintah. Ia mengatakan kebutuhan dana sekitar Rp200 juta.

“Dari Pemerintah Kota Rp150 juta. Kemarin menurut Pak Wali Kota ada sisa dana dari tingalan jumenengan. Kalau [kirab 1 Sura] masih kurang, ditambahi dari anggaran itu,” kata dia, Rabu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya