SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, SLEMAN—Sejak awal Januari hingga 17 Maret 2014, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sleman terus terjadi. Tercatat, sebanyak 126 kasus DBD terjadi di wilayah ini.

“DBD itu berkaitan erat hubungannya dengan iklim, misalnya kelembaban udara yang tinggi,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini, Kamis (19/3/2014).

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Kecamatan Kalasan dan Gamping masih menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi. Dari 126 kasus yang ada, 27 kasus di antaranya terjadi di Kalasan, 23 kasus di Gamping, baru disusul Kecamatan Godean, Mlati, dan Depok.

Diterangkan Mafilindati Nuraini, penangan DBD di Sleman masih dilakukan melalui program 3M Plus. Selain langkah menutup, menguras, dan mengubur barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, masyarakat bisa menambahkan cara lainnya.

“Plus dengan penggunaan larvasida, pemberian ikan di tempat yang susah dikuras, bisa juga dengan tanaman pengusir nyamuk,” ujar Mafilindati.

Idealnya, pengurasan tandon air dilakukan satu hingga dua kali seminggu. Kendati demikian, jika ada tandon yang susah dikuras, masyarakat bisa menutupnya secara rapat. “Di daerah Cangkringan mungkin langka air, jadi ditutup saja tandonnya,” katanya.

Khusus penggunaan larvasida, Dinkes meminta warga agar tidak mudah percaya dengan penjualan secara umum. “Jangan percaya pada penjual larvasida yang umum, minta saja melalui puskesmas,” tegas Mafilindati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya