SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencegahan penularan penyakit antraks pada sapi milik warga di Gunungkidul. (Harianjogja.com-Istimewa)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Sebanyak 12 warga Kapanewon Gedangsari dan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dinyatakan terjangkit atau positif antraks. Hal itu diketahui dari hasil laboratorium terhadap belasan warga yang diduga terjangkit antraks.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan ada 26 warga yang dites samplenya untuk mengetahui penularan penyakit antraks. Dari 26 warga yang dites itu, 12 orang di antaranya dinyatakan positif antraks.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah keluar hasilnya dan memang ada belasan warga yang dinyatakan positif antraks,” ujar Dewi, Rabu (9/2/2022).

Baca juga: Waspada Antraks Bisa Menular ke Manusia, Ini Penjelasan  DKPP Klaten

Dewi memastikan seluruh warga yang terjangkit antraks itu dalam keadaan baik dan saat ini berada di rumahnya masing-masing. Meski demikian, pihaknya terus melakukan upaya pengawasan dan pemantauan kondisi warga tersebut. “Akan terus dipantau kesehatannya,” tegas Dewi.

Dewi menjelaskan antraks merupakan jenis penyakit zoonosis, yakni hanya menular dari hewan ke manusia, tidak antar-manusia. Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk tidak panik karena upaya penangulangan terus dilakukan.

“Upaya pencegahan juga butuh partisipasi dari masyarakat. Salah satunya selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat,” imbuh dia.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengatakan upaya pencegahan penularan antarhewan terus dilakukan. Salah satunya memperluas jangkauan penyuntikan anti biotik untuk ternak warga.

Baca juga: Waspada! Sudah 10 Warga Gunungkidul Diduga Terjangkit Antraks

Dia mencontohkan, kasus penularan di Gedangsari terjadi di Dusun Jetis. Meski demikian, upaya penyuntikan dilakukan di sejumlah dusun mulai dari Jatibungkus, Ngasinan, Pace A dan Pace B. “Akan kami optimalkan agar penularan bisa ditekan,” katanya.

Ia berharap, hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi mati langsung dikuburkan. Hal ini dikarenakan risiko penularan antraks paling tinggi terjadi saat ternak sakit lalu disembelih. Kondisi tersebut menyebabkan bakteri antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dapat membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menular.

“Janga di-brandu dan lebih baik dikubur. Memang dengan brandu bisa meringankan pemilik karena uang yang diberikan, tapi risikonya berbahaya karena bisa menyebabkan penularan antraks,” katanya.

Kelik menambahkan, saat sekarang sedang mempersiapkan kebijakan memberikan santunan ternak yang mati akibat antraks. “Masih dikaji dan mudah-mudahan segera ada payung hukumnya untuk pelaksanaan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya