SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

WONOGIRI–Serangan diare semakin meluas bahkan hingga ke Ponorogo. Data yang masuk ke Puskesmas dan praktek dokter di wilayah Kecamatan Puhpelem hingga Jumat (17/5/2013), ada 118 orang yang terserang diare.

Jumlah itu terdiri atas 30 warga yang berobat ke Puskesmas, 64 warga yang berobat ke praktek dokter dan sebanyak 24 orang adalah murid di SDN 1 Puhpelem. Dari 30 orang yang berobat ke puskesmas, 11 orang di antaranya merupakan warga Desa Pohijo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Hari ini [Jumat], ada dua warga yang memeriksakan diri ke puskesmas. Satu orang dari Dusun Belikdawung dan satu lagi dari Dusun Puhpelem. Sebelumnya, pada Kamis (16/5) ada tambahan empat warga. Dua di Belikdawung, satu di Puhpelem, dan satu lagi di Randukuning,” kata Kepala Puskesmas Puhpelem, Arif Wibowo, kepada wartawan, Jumat.

Menurut, Arif, 11 orang yang merupakan warga Pohijo, mendapatkan air dari sumber yang berbeda dan diduga karena makanan. Di Desa Puhpelem, lanjut dia, dari empat dusun hanya satu dusun yang tidak ada laporan yakni Dusun Sambirejo yang menggunakan air dari sumber yang berbeda.

“Kondisi warga sudah membaik dan ada beberapa masih rawat jalan. Tapi, masih ada satu warga Belikdawung yang masih diopname di rumah sakit di Ponorogo. Saat dibawa ke Ponorogo, keadaannya sudah dehidrasi. Dari 118 warga, mayoritas mengalami panas tinggi dan berak darah,” ujarnya.

Ia menambahkan sampel air yang diambil dari dua sumber mata air di Desa Nguneng dan Desa Tengger telah dibawa ke laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta. Arif menyatakan kandungan bakteri Escherichia Coli
(E coli) di di wilayah itu memang cukup banyak.

Tahun lalu, dari hasil uji lab ada lebih dari 2.000 per ppm bakteri. Padahal, lanjut dia, batas aman yakni 50 per ppm. “Kejadian ini baru kali pertama. Dan seharusnya, saat air dimasak lima menit di suhu 100 derajat, bakteri sudah mati,” imbuhnya.

Kepala Desa Puhpelem, Suranto mengatakan kondisi sungai di salah satu sumber sudah berubah. Sebelumnya, sungai itu lebar dan kini sebagian berubah menjadi sawah. Bak tampungan yang tadinya tidak tergenang banjir, kini bisa kemasukan air saat banjir.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, Widodo, menyatakan masih menunggu hasil uji lab. “Hasilnya masih belum diketahui, kami masih menunggu hasil uji laboratorium. Yang penting, jangan sampai ada korban jiwa. Selain itu, warga harus menjaga kebersihan,” katanya kepada wartawan, Jumat.

Camat Puhpelem, Agus Hendradi, juga menyatakan hal serupa. Pihaknya masih menunggu hasil uji air di laboratorium. Ia juga mengimbau warga untuk tetap menjaga kebersihan dan menguras bak penampungan air untuk konsumsi.

Diberitakan sebelumnya, kasus diare di wilayah Kecamatan Puhpelem menjadi kejadian luar biasa (KLB) karena menyerang 70 orang warga pada Minggu-Rabu (12-15/5). Bahkan, sempat ada lima orang yang terpaksa opname.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya