SOLOPOS.COM - Ilustrasi air (Solopos-Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SOLO -- Sebanyak 11,2 juta meter kubik air produksi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Toya Wening atau PDAM Solo hilang selama 2020. Air hilang atau non-revenue water (NRW) adalah air yang tidak berekening.

Angkanya diperoleh dari selisih jumlah air yang masuk ke sistem (suplai) dengan air yang tercetak di rekening. NRW yang hilang berasal dari konsumsi resmi tak berekening, kehilangan komersial, dan kehilangan fisik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi Perumda Toya Wening, Bayu Tunggul Pamilih, mengatakan kehilangan fisik dikarenakan kebocoran pipa transmisi, distribusi, dan pipa dinas hingga pipa meter pelanggan. Juga kebocoran atau luapan air pada reservoir.

Baca Juga: Perjudian di Kota Solo: Dulu Membudaya, Kini Jadi Penyakit Masyarakat

Sementara kehilangan komersial dikarenakan konsumsi air PDAM Solo yang tidak resmi (ilegal), ketidakakuratan meter, ketidakakuratan pembacaan meter, serta kesalahan pengolahan data.

“Pembacaan meter pelanggan dilakukan secara serentak oleh PDAM mulai tanggal 1 hingga 20 setiap bulannya. Total produksi atau distribusi per bulan di atas 2 juta meter kubik. Kemudian, NRW per bulannya naik turun, karena kami berusaha menekan itu. Rata-rata NRW per bulan 1 jutaan liter atau 46,02% per tahun,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Minggu (21/3/2021).

Keakuratan Pembacaran Meteran Air

Bayu mengatakan jumlah pelanggan PDAM hingga 2020 mencapai 58.013 sambungan. Kapasitas produksi area tersebut adalah 838,8 liter per detik atau 100% dari total kapasitas produksi PDAM.

Baca Juga: Derita TKW Asal Sragen, Nganggur di Taiwan Hingga Tak Bisa BAB Lewat Anus

Guna menekan NRW, PDAM Solo menggelar program penurunan angka kebocoran air, baik secara teknis dan nonteknis. “Teknis diawali dari pengukuran akurasi berapa sih sebenarnya debit yang kami eksplor dan berapa yang sudah didistribusikan ke masyarakat. Kemudian berapa yang dijadikan rekening atau konsumsi masyarakat,” jelasnya.

Upaya menekan NRW juga dengan memperketat keakuratan pembacaan meter dan berburu pengguna air ilegal yang menjebol saluran tanpa melalui meteran. Kehilangan komersial itu ditargetkan dapat ditekan hingga dua persen per tahun.

Direktur Teknik Perumda Toya Wening, Triatmojo Sukomulyo, mengakui sebagian kebocoran air disebabkan umur pipa PDAM. Jaringan pipa terbuat dari material beragam, yakni baja, PVC, pipa hitam atau pipa asbes.

Baca Juga: Jadi Kawasan Industri, Segini Harga Tanah Di Wonogiri Selatan

Pipa Bocor

Beberapa pipa air tersebut rentan bocor. Untuk memperbaiki pipa air itu seluruhnya PDAM Solo butuh dana sekitar Rp184 miliar. “Dana senilai itu untuk memperbaiki pipa itu, termasuk pipa lama diameter 500mm dari Cokro Tulung sampai Solo. Ini banyak yang termakan usia,” jelasnya.

Konstruksi perpipaan yang dibangun pada 1929 itu masih digunakan, sehingga saat ada tekanan dari tonase beban kendaraan bisa mengakibatkan pipa bocor. “Ada yang bocor di tengah perjalanan tidak tampak di luar,” imbuh Triatmojo.

PDAM Solo mendapat bantuan dari IUWASH dalam rangka penurunan angka kebocoran. Salah satunya lewat penggantian water meter. Pada 2020 lalu, PDAM telah mengganti 6.000 water meter pelanggan. Harapannya masih terus bertambah pada tahun ini. Program lainnya adalah pelatihan pembaca water meter bagi petugas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya