SOLOPOS.COM - Kepala Pelaksana harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Juwair Suntara. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG — Memasuki musim kemarau, sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang berpotensi mengalami rawan kekeringan.

Hal itu disebabkan kontur tanah berupa bebatuan dan sulit menyimpan cadangan air meskipun sudah ada yang menggunakan sumur bor.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Kepala pelaksana harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Juwair Suntara, mengaku telah melakukan langkah antisipasi menghadapi potensi kekeringan di wilayah Kabupaten Semarang. Di antaranya menyiagakan mobil tangki air bersih.

“Antisipasi dari BPBD telah menyiapkan armada tangki air empat unit [agar selalu ready]. Kami juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM),” terang Juwair kepada Solopos.com, Senin (5/6/2023).

Sejauh ini, belum ada laporan masyarakat yang meminta dropping air bersih. Namun pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pemerintah kecamatan dan desa. Jika terjadi kekeringan, baik kecamatan atau desa bisa langsung menghubungi BPBD.

“Pelaporannya bisa langsung ke kantor BPBD lewat posko melalui nomor WhatsApp (WA), Twitter, Instagram (IG), Facebook (FB),” ungkapnya.

Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Juwair membeberkan setidaknya ada 11 kecamatan di Kabupaten Semarang yang rawan kekeringan. Di Kabupaten Semarang memiliki 19 kecamatan.

Masing-masing kecamatan itu, yakni Kecamatan Bancak dan Kecamatan Bringin yang sebagian besar wilayahnya mengalami tingkat kekeringan yang cukup merata.

Kemudian Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Pringapus, Kecamatan Suruh, Kecamatan Ungaran Timur, dan Kecamatan Pabelan. Tingkat kekeringan di lima kecamatan tersebut mencakup sebagian dari masing-masing wilayah setempat.

Selain itu, ada empat wilayah yang sebagian kecil daerahnya mengalami kekeringan, yaitu Kecamatan Getasan, Kecamatan Sumowono, Kecamatan Jambu, dan Kecamatan Bawen.

Juwair mengimbau kepada warga agar bisa menghemat air saat berlangsung musim kemarau.

“Masyarakat juga bisa melakukan penanaman pohon besar-besaran di tanah kritis dan hutan-hutan gundul dengan tanaman penghasil air [antisipasi jangka panjang],” terangnya.

Terkait dengan potensi kebakaran di musim kemarau, Juwair mengaku telah melakukan koordinasi dengan kepala desa dekat hutan melalui para camat. Masyarakat diimbau tidak membakar sisa material apapun di dekat hutan.

“Jangan buang puntung rokok disembarang tempat, terutama saat melewati hutan,” jelas Juwair.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya