SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, TEMANGGUNG — Sebanyak 1.000 penari kuda lumping tampil bareng dalam Sedekah Turonggo Bumi Phala II di Lapangan Gondangwinangun, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (25/11/2018). Meskipun ke-1.000 penari tersebut tampil dalam cuaca hujan, mereka tetap tampil menarik dan ribuan penonton tetap antusias menyaksikan dari pinggir lapangan.

Ketua Sedekah Turonggo Bumi Phala II Yudha Sudarmaji menuturkan para penari kuda lumping tersebut dari 118 grup yang berasal dari seluruh pelosok Kabupaten Temanggung, Jateng. Menurut dia, formasi tarian tahun ini lebih bagus dari tahun lalu, gerakannya juga lebih menarik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kendala yang dihadapi dalam persiapan pentas ini, kata dia, adalah kesulitan pada konsolidasi penari karena antarkelompok tari jaraknya berjauhan dan mereka harus berkumpul di satu titik, yakni Lapangan Gondangwinangun. Latihan, menurut dia dilakukan beberapa kali.

Menurutnya, kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembalikan jaran kepang atau kuda lumping Temanggung yang asli. “Ibaratnya, kini menggali kuburan jaran kepang yang sudah lama terpendam,” tuturnya.

Kegiatan bersama itu sekaligus dimaksudkan untuk mengembalikan ragam tari kuda lumping, sesuai era 1970-an. “Kami ingin mengembalikan identitas kuda lumping Temanggung pada tahun 1970-an, sekarang ragam gerak kolaborasi kuda lumping di Temanggung ini sudah beragam, sebenarnya kita punya yang asli Temanggung seperti yang ditampilkan kali ini,” katanya.

Koordinator Pertunjukan Sedekah Turonggo Bumi Phala II Suroyo mengatakan pelaksanaan tarian 1.000 turonggo tahun ini untuk menjalin kekeluargaan antarpaguyuban dan antarpemain yang begitu banyak di Temanggung. “Di Temanggung ini ada ribuan paguyuban kesenian kuda lumping. Kegiatan ini untuk mengembalikan pakem tarian jaran kepang di Temanggung yang selama ini sudah dimasuki ide-ide baru, meskipun tidak melanggar tata seni, namun sudah sedikit banyak meninggalkan pakem kuda lumping yang ada di Temanggung,” katanya.

Selain itu, katanya formasi 1.000 penari kuda lumping ini untuk menunjukkan 1.000 penari kuda lumping komunitas hokya di Temanggung dan tarian kuda lumping di Temanggung itu mewujudkan tentang budi pekerti para pelaku seni di Temanggung dan ekspresi semangat dari teman-teman seniman di Temanggung. 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya