SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19. (Reuters)

Solopos.com, SOLO -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 100 dokter meninggal dunia sejak pandemi virus Covid-19 menghantam Indonesia, hampir enam bulan terakhir.

Berdasarkan laporan IDI, seluruh dokter tersebut telah tertular virus SARS CoV-2 alias Covid-19. Dalam rilis yang disampaikan IDI, 100 dokter tersebut tersebar di sejumlah daerah di Jawa, Sulawesi, Bali, Sumatra, Kalimantan, Kepulauan Riau, hingga Papua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

dr. Wahyu Hidayat, Sp.THT dari IDI Kabupaten Bekasi menjadi salah satu di antaranya. Dia adalah ayah dari Sandi Nugraha, dokter spesialis anak di RSUD dr. Moewardi (RSDM) Solo.

Solopos Hari Ini: 100 Dokter Meninggal, Jangan Tunggu Vaksin!

Ekspedisi Mudik 2024

Sandi mengaku masih merasa kehilangan sampai saat ini. Kendati begitu, ia berusaha menghibur diri karena sang ayah tidak mengalami sakit yang lama.

“Usia ayah saya sudah sepuh, di masa tua, tidak sakit lama. Dibanding yang harus bolak balik RS, ayah saya dipermudah. Tetapi, dari 100 daftar tersebut, saya yakin ada yang tulang punggung keluarga. Mereka yang harus menghidupi keluarga, anaknya masih sekolah atau kuliah. Atau yang anaknya masih kecil,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (31/8/2020) malam.

Sandi mengaku prihatin dengan tingginya kematian dokter di Indonesia itu. Selain rasio yang timpang antara jumlah dokter dan penduduk, spesialisasi maupun sub spesialisasi dan tenaga para dokter itu tak bisa cepat diregenerasi.

“Kalau ada dokter bertugas di satu daerah yang tenaga kesehatannya terbatas dan dia meninggal dunia. Bagaimana pelayanan ke depan? Apakah bisa cepat mencari pengganti? Apakah penggantinya mau? Sementara di momen pandemi seperti ini, saya rasa semua daerah berusaha mempertahankan tenaga kesehatannya untuk tetap bertugas di daerah sendiri,” ungkap Sandi.

Transfer Ilmu kepada Siswa

Terlebih, jika yang meninggal dunia adalah dokter guru besar atau profesor yang masih dibutuhkan untuk transfer ilmu kepada siswa mereka.

Kehilangan para dokter pendidik itu juga tak bisa dikejar dalam tempo setahun dua tahun. Butuh bertahun hingga belasan tahun mendapatkan ilmu yang bisa disampaikan.

Tambah 18 Kasus Baru, Ini Data Terkini Covid-19 Solo

“Mulai dari pendidikan dokter, kemudian menjadi dokter umum lalu spesialis membutuhkan waktu yang tak singkat. Apalagi yang sampai jadi dokter pendidik,” kisahnya.

Sandi mengatakan menjadi seorang dokter umum sedikitnya butuh waktu antara 6-7 tahun. Setelahnya mereka baru bisa mengenyam pendidikan dokter spesialis.

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sekurangnya butuh 8 semester untuk rampung. Dalam perjalanannya, waktu tersebut bisa molor tergantung individu.

“Empat tahun itu kuliah menjadi sarjana kedokteran, kemudian dua tahun menjalani Co-ass, baru bergelar dokter umum. Baru kemudian kuliah 4 tahun minimal untuk bergelar dokter spesialis. Waktu untuk pendidikan itu sangat panjang, belum biayanya,” kata dia.

Hari Ini Dalam Sejarah: 1 September 1939, Perang Dunia II Meletus

Karena itulah, ia meminta semua warga menjaga diri. Berusaha tidak menularkan dan tertular agar membantu menekan persebaran virus SARS CoV-2.

Penggunaan alat pelindung diri seperti masker adalah wajib. Termasuk, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan etika batuk dan bersin yang benar.

Hal senada disampaikan Kepala Puskesmas Purwosari Solo, Nur Hastuti. Di tengah informasi banyaknya dokter yang meninggal akibat Covid-19, ia mengaku sempat khawatir.

Pentingnya Kejujuran Saat Tracing

Kendati begitu, ia berusaha membesarkan hati seluruh nakes di instansinya.

"Kami melakukan pendekatan persuasif memberikan edukasi memberikan penjelasan pentingnya kejujuran saat tracing itu. Ini menjadi tantangan kami. Alhamdulillah teman-teman selalu semangat, kalau kami tracing tidak bisa sendiri biasanya mengajak RT/RW/Kelurahan," ungkap dia.

"Memang sebagai petugas kesehatan memberikan edukasi tidak bosan-bosan, sementara di saat yang sama, kami juga khawatir tertular. Solusinya hanya protokol kesehatan, itu saja yang kami lakukan dan pasrah kepada Tuhan," tambah Nur Hastuti.

Hari Ini Dalam Sejarah: 1 September 1939, Perang Dunia II Meletus

Untuk diketahui, baru-baru ini dilaporkan sudah ada 100 dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Menurut keterangan
dari Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Daeng M. Faqih data ini dihimpun PB IDI hingga Minggu (30/8/2020) malam.



”Iya itu data yang dihimpun oleh tim audit kematian PB IDI,” sebut dr. Daeng melalui pesan singkat yang dilansir Detik, Senin (31/8/2020).

Informasi terakhir yang diterima Solopos.com, dua dokter lainnya juga meninggal dunia. Mereka adalah dr. Bhawono Hasan Sp.OG, dokter RSU Bhakti Mulia Jakarta, yang meninggal dunia pada Senin, dan dr. Elly Zaini dokter RSU Metta Medika Padangsidimpuan, Sumatra Utara, Minggu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya