SOLOPOS.COM - Ilustrasi sakit (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SEMARANG-Akses air bersih dan sanitasi di Indonesia masih rendah, sehingga kasus kematian anak-anak akibat penyakit diare angkanya tinggi.

Koordinator Regional Indonesia Urban Water Sanitation & Hygiene (Iuwash) Jawa Tengah, Jefry Budiman menyatakan setiap tahun rata-rata 100.000 anak Indonesia meninggal dunia, karena diare.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Setiap tahun angka kasus penderita diare di Indonesia mencapai 120 juta orang anak, dengan angka kematian rata-rata 100.000 anak,” katanya kepada wartawan di sela workshop Membangun Forum Corporate Social Responsibility (CSR) untuk percepatan Pembangunan Jawa Tengah Sektor Air Bersih dan Sanitasi di Hotel Noormans, Kota Semarang, Selasa, (7/10/2014).

Saat ini, lanjut dia, untuk mengakses air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) masih rendah, yakni mencapai 37%. Di sektor sanitasi, sambung Jefri juga masih menghadapi kendala di mana jumlah jamban rumah tangga yang terhubung sewerage system masih mencapai 2%.

Ibu-ibu di Indonesia yang sudah sadar pentingnya mencuci tangan memakai sabun sebelum menyusui bayi, sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar masih rendah yakni 15%.

Kondisi ini diperburuk lagi dengan perilaku masyarakat untuk buang air besar sembarangan masih mencapai sekitar 16%. Padahal kata dia, Indonesia sudah mencanangkan universal akses, di mana semua warga negara dan rumah tangga sudah 100 % terakses kepada fasilitas dasar termasuk air minum dan sanitasi pada 2019.

“Jadi perlu ada percepatan. Pemerintah tidak bisa sendirian mengerjakan ini, sehingga melalui CSR salah satu cara menjawab persoalan,” tandasnya.

Guru Besar Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Totok Mardikanto dalam kesempatan sama
menyatakan selama ini permasalah akses air bersih dan sanitasi karena belum menjadi prioritas utama oleh pemerintah, pengusaha, dan rakyat.

Dengan kondisi ini, maka dana pemerintah serta program CSR dari perusahaan belum banyak untuk mengatasi akses air bersih dan sanitasi.

“Supaya permasalahan akses air bersih dan sanitasi menapatkan penanganan serius, maka harus dijadikan sebagai program utama,” saran dia.

Sementara pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng, Sri Puryono menyatakan permasalahan dan tantangan di bidang pengelolaan air dan sanitasi semakin berat.

Pasalnya kebutuhan air terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tapi tidak diimbangi dengan kemampuan pasokan air. “Bahkan ketersediaa air semakin menurun akibat terjadinya kerusakan lingkungan dan eksploitasi sumber daya air berlebihan,” ungkap dia dalam sambutan tertulis dibacakan Asisten III Pemprov Jateng , Joko Santoso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya