SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan. (Solopos)

Solopos.com, PONOROGO -- Musim kemarau di Ponorogo menyebabkan sejumlah desa mengalami kekeringan. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, ada 14 desa di enam kecamatan yang mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih.

Musim kemarau ini diperparah dengan matinya sumber air di sejumlah lokasi. Sehingga banyak masyarakat yang semakin kesulitan mencari air bersih.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Ponorogo, Sapto Djatmiko, mengatakan saat ini ada sekitar 5-10% mata air di Ponorogo yang menghilang atau mati. Kondisi ini disebabkan banyak pohon yang ditebang masyarakat.

Ekspedisi Mudik 2024

Penebangan pohon ini sebagian besar tidak diikuti oleh langkah penghijauan kembali. “Inilah yang membuat bencana kekeringan semakin meluas di Ponorogo,” ujarnya dalam siaran pers yang dirilis Pemkab Ponorogo, Kamis (10/10/2019).

Atas permasalahan itu, ia mengajak masyarakat Ponorogo untuk bersama-sama menyelamatkan sumber mata air. Sebab kesulitan air bersih ini terjadi hampir seluruh kecamatan di Ponorogo.

Bahkan, warga harus menggali lebih dalam sumur-sumur mereka untuk mendapatkan air bersih kembali.

Sapto menyampaikan ada laporan dari warga di sejumlah kecamatan saat ini kedalaman sumur pompa mengalami penurunan sampai 60 cm setiap tahunnya.

Ia mengajak masyarakat untuk melakukan penghijauan atau reboisasi kembali di lahan-lahan yang gundul. Reboisasi paling penting dilakukan di sekitar mata air.

“Untuk itu pada tahun 2020 nanti DLH akan melaksanakan reboisasi khusus di tempat tempat yang dulu merupakan sumber-sumber mata air dengan pohon-pohon yang mampu menyimpan air,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya