SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Solopos.com)–Sebanyak 10 unit Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) di Kecamatan Kalijambe mangkrak lebih dari lima tahun.  Tidak adanya fasilitas itu membuat petani harus membuat sumur bor di sawah mereka masing-masing.

Camat Kalijambe, Samsuri, saat ditemui Espos di ruang kerjanya, Selasa (8/3/2011), menyampaikan dari jumlah seluruh JIAT sebanyak 19 unit yang tersebar di enam desa, 10 unit diantaranya mangkrak lebih dari lima tahun.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ia merinci, JIAT tersebut berada di Desa Banaran sebanyak empat unit dan satu unit diantaranya mangkrak, di Desa Karangjati sebanyak dua unit seluruhnya tidak beroperasi lagi, di Desa Jetis Karangpung terdapat enam unit, hanya dua unit yang masih aktif, di Desa Kalimacan terdapat empat unit, setengahnya mangkrak, di Desa Trobayan hanya ada satu unit masih aktif dan di Desa Sambirembe terdapat dua unit, satu diantaranya mangkrak.

Menurutnya, tidak beroperasinya JIAT dikarenakan beberapa faktor, seperti, kinerja mesin pompa yang tidak optimal karena usia mesin pompa air sumur dalam sudah sangat tua, yakni sekitar 23 tahun, suku cadang mesin pompa sulit dicari  dan pemasukan dari hasil iuran petani tidak sebanding dengan biaya operasional alat JIAT yang sangat mahal. Akibatnya, pemasukan tidak mampu menutup biaya operasional, akhirnya pengoperasian berhenti total.

Kondisi itu membuat para petani harus mencari alternatif lain agar kebutuhan air irigasi sawah mereka tetap tercukupi, diantaranya dengan membuat sumur bor. Selain itu, banyak perlengkapan mesin, seperti kabel, panel dan dinamo dicuri karena tidak ada pengawasan. “Sebenarnya sudah banyak para petani yang tergabung dalam kelompok tani mengajukan proposal perbaikan JIAT. Namun, banyak kendala yang belum dapat teratasi, sehingga seluruh pengajuan belum dapat terealisasi,” jelasnya.

Ditemui terpisah, mantan operator JIAT di Desa Jetis Karangpung, Rosyid, 52, menyayangkan kondisi mangkrak tersebut. Pasalnya, keberadaan JIAT itu dinilai sangat membantu para petani yang kekurangan air irigasi. Saat masih beroperasi, JIAT yang ia tangani mampu mengakomodasi kebutuhan air irigasi di sawah Jetis Karangpung seluas 15 hektare (ha). Para petani pun sangat kesulitan mendapatkan air ketika JIAT tidak beroperasi lagi. Kondisi itu memaksa mereka membuat sumur bor agar kebutuhan air irigasi tetap tercukupi.

(m93)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya