SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN</strong> — Puluhan pedagang Pasar Sambi, Sambirejo, Sragen, mengeluhkan omzet pendapatan mereka anjlok sampai 70% setelah 10 hari menempati kios darurat.</p><p>Sebanyak 77 pedagang Pasar Sambi harus menempati kios darurat karena <a title="Dua Pasar Tradisional Sragen Dilengkapi Ruang Menyusui" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180408/491/908722/dua-pasar-tradisional-sragen-dilengkapi-ruang-menyusui">pasar </a>&nbsp;tersebut direvitalisasi dengan anggaran Rp1,21 miliar. Pasar darurat itu menempati lahan sewa di belakang Pasar Sambi.</p><p>Mereka mendapat lokasi dhasaran yang lebih sempit dari lokasi dhasaran semula di Pasar Sambi karena sifatnya darurat. Sebenarnya mereka meminta supaya <a title="Bank Jateng Sumbang Rp1 Miliar untuk Rehab RTLH Sragen" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180515/491/916319/bank-jateng-sumbang-rp1-miliar-untuk-rehab-rtlh-sragen">revitalisasi </a>&nbsp;Pasar Sambi dilakukan setelah Lebaran sehingga bisa mendapatkan berkah menjelang Lebaran.</p><p>Namun, permintaan para pedagang itu tak dikabulkan Pemkab Sragen. Tukinem, 61, pedagang sayuran asal Wonorejo RT 024, Desa/Kecamatan Sambirejo, Sragen, mengaku sudah 25 tahun berjualan di Pasar Sambi dan omzetnya tak pernah anjlok separah ini.</p><p>&ldquo;Jualan di pasar darurat ya seperti ini, sepi. Pembeli tak banyak yang tahu karena lokasinya tak terlihat dari jalan. Saat buka di Pasar Sambi bisa mendapat omzet Rp500.000/hari. Sekarang sejak pindah di pasar darurat omzet jadi anjlok menjadi Rp150.000/hari. Paling ramai hanya Rp200.000/hari,&rdquo; ujarnya.</p><p>Dia menilai pendapatan hariannya tinggal sepertiga dari pendapatan sebelum pindah ke pasar darurat. Kondisi itu diterima Tukinem karena tak bisa berbuat banyak. Tukinem maunya pindah ke pasar darurat setelah Lebaran tetapi Pemkab tak mengizinkan.</p><p>&ldquo;Lebaran itu memontum pedagang untuk mencari untung. Saya bisa mencapat omzet Rp1,5 juta per hari selama menjelang Lebaran. Nanti bagaimana belum tahu,&rdquo; tuturnya.</p><p>Keluhan senada juga disampaikan Suji, 43, pedagang grosir kelontong yang menempati kios darurat berukuran 1,5 meter x 2 meter. Padahal ukuran kios di Pasar Sambi yang ditempatinya 3 meter x 4 meter.</p><p>&ldquo;Biasanya, saya bisa mendapat omzet Rp5 juta-Rp6 juta. Sekarang pendapatannya hanya Rp3 juta-Rp4 juta per hari. Sebagian dagangan kami bawa pulang untuk keamanan. Lokasi kios sekarang tak terlihat dari jalan. Padahal dulu ada di pinggir jalan dan bisa buka sampai sore. Sekarang setelah pukul 10.00 WIB sudah tak ada pembeli datang,&rdquo; katanya.</p><p>Kabid Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen, Rahmadi, menyampaikan jumlah pedagang Pasar Sambi yang terdata sebanyak 77 orang. Dia menjelaskan mereka menempati pasar darurat yang dibangun dengan anggaran Rp63 juta.</p><p>&ldquo;Lokasinya masih sewa, yakni senilai Rp4 juta dipotong PPh selama proses <a title="Proyek Jembatan Gambiran Sragen Rp2,495 Miliar Tanpa Lelang" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180511/491/915464/proyek-jembatan-gambiran-sragen-rp2495-miliar-tanpa-lelang">revitalisasi </a>&nbsp;selesai,&rdquo; ujarnya.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya