SOLOPOS.COM - Dua unit ambulans dari Puskesmas Sambirejo, Sragen, menjemput jenazah nenek-nenek yang meninggal di lokasi klaster layatan di wilayah Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, Rabu (5/5/2021). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN – Kabar duka datang dari klaster layatan yang menjadi sumber penularan Covid-19 di sebuah dukuh yang masih lockdown di wilayah Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Rabu (5/5/2021).

Warga yang meninggal itu adalah seorang nenek-nenek berusia 65 tahun. Dia meninggal dunia pada Rabu pagi pukul 05.00 WIB dan dimakamkan dengan prosedur protokol kesehatan setelah dilakukan pemulasaraan di Ruang Forensik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro (RSSP) Sragen pada hari yang sama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang anggota sukarelawan Posko Jogo Tonggo di dukuh yang lockdown di wilayah Desa Jetis, Widodo, menyampaikan ada satu warga di lingkungan RT 006, S, 65, yang meninggal dunia, Rabu pagi. Widodo menyampaikan selama karantina mandiri di rumah jarang ada pemeriksaan kesehatan.

“Dari awal karantina hanya dikasih obat-obatan sekali saja. Informasi awal ada gejala asam lambung. Jenazah diambil petugas puskesmas untuk dibawa ke RSUD untuk proses penyucian,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu siang.

Baca juga: Kisah Anna Silvia Dobrak Tradisi Kejawen di Solo: Jadi Pramugari di Dubai – Wakili Indonesia di Miss Elite World 2021

Kontak Erat

Widodo menerangkan simbah S itu meninggalkan tiga orang dewasa dan dua orang anak-anak. Dari lima orang anggota keluarga S itu, kata dia, ada satu orang yang terpapar Covid-19, yakni anaknya S yang berumur 29 tahun.

Kepala Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, Sumiyarno, menyampaikan proses pemakaman jenazah dilakukan dengan prosedur protokol kesehatan. Dia mengatakan dari pihak keluarga tidak mau memandikan.

“Akhirnya jenazah dijemput petugas puskesmas di bawah ke RSUD untuk dimandikan dan dikafani sampai sekaligus pemakamannya,” jelasnya.

Baca juga: Ribuan Pemudik Jateng Datang, Memori 2020 Terulang

Camat Sambirejo, Didik Purwanto, menyampaikan dua hari sebelumnya sudah dicek kesehatan warga di dua RT yang lockdown dan semua dalam kondisi sehat dan tidak ada keluhan. Kemudian pada Selasa (4/5/2021), ujar dia, mendadak ada keluhan kemudian meninggal dunia pada Rabu pagi.

“Rata-rata ada komorbitnya. Kami belum tahu persis komorbidnya,” katanya.

Baca juga: Klaster Layatan Sragen Capai 38 Orang, Apa Langkah Dinas Kesehatan?

38 Orang Terpapar

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr Hargiyanto sudah mendapat laporan kematian warga terpapar Covid-19 di klaster layatan Jetis, Sambirejo, Sragen. Hargiyanto mengatakan peristiwa keluhan warga itu mendadak dan pada Rabu pukul 01.00 WIB dini hari sudah menghubungi bidan desa tetapi karena medannya dan situasinya malam bidan desa tidak berani kemudian pada pukul 05.00 WIB meninggal dunia.

“Di sinilah sebenarnya pentingnya isolasi mandiri di Technopark Sragen. Kalau di Technopark itu ada petugas yang memantau sehingga ketika muncul keluhan langsung bisa ditangani segera. Masyarakat di Jetis itu angel [sulit] untuk dikarantina di Technopark Sragen. Kami tidak memungkinkan mendirikan klinik di dukuh yang lockdown itu. Adanya ya dengan optimalisasi pelayanan kesehatan tetapi tidak mungkin setiap hari memeriksa warga yang terpapar karena ada 38 orang. Kalau satu orang diperiksa maka yang lain juga minta diperiksa,” jelas Hargiyanto.

Baca juga: Muncul Klaster Tarawih di Sambirejo Sragen: Imam Masjid & Guru TPA Positif Covid-19

Dia menerangkan pemantauan itu dilakukan jarak jauh dan berkomunikasi lewat telepon. Dia menerangkan posko itu bukan klinik yang setiap hari bisa memeriksa tetapi cukup memberi obat-obatan penunjang. Dia menyampaikan di Technopark saja juga tidak diperiksa kesehatannya setiap hari tetapi ada petugas khusus yang memantau kesehatan penghuninya.

“Setelah kejadian satu warga meninggal itu, kami akan berusaha agar bidan desa lebih intensif untuk memperhatikan kesehatan warga yang terpapar Covid-19 di dua RT itu. Saya tidak mungkin membahayakan petugas kesehatan. Petugas kesehatan itu supaya sering-sering menyambangi sampai lolos 10 hari lockdown,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya