SOLOPOS.COM - Relawan Gunung Merapi, Mujianto, meninjau titik api yang berada di bagian barat daya puncak Gunung Merapi, Sabtu (27/4/2013). Satu titik api di bagian timur laut mulai tertutup oleh material. (Istimewa)


Relawan Gunung Merapi, Mujianto, meninjau titik api yang berada di bagian barat daya puncak Gunung Merapi, Sabtu (27/4/2013). Satu titik api di bagian timur laut mulai tertutup oleh material. (Istimewa)

BOYOLALI--Satu titik api di puncak Gunung Merapi, tepatnya di bagian timur laut, mulai tertutup. Hal itu berpotensi menyebabkan letupan disertai hujan abu yang perlu diwaspadai para pendaki.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi itu diketahui dari observasi relawan Merapi dan Organisasi Pengurangan Risiko Bencana Desa Samiran, Sabtu (27/4/2013).

“Terakhir kami memantau akhir Januari. Saat itu tak terlihat kondisi titik apinya karena banyak asap sulfatra menutup. Diperkirakan satu titik api mulai tertutup material Maret 2013 lalu,” kata relawan Merapi, Mujianto saat dihubungi Solopos.com, Minggu (28/4/2013).

Hal seperti itu, lanjut dia, merupakan fenomena aktivitas Gunung Merapi pasca erupsi 2010 lalu. Tertutupnya satu titik api berpotensi menimbulkan letupan.

“Ada bongkahan batu besar yang menutup di titik api yang terletak di samping kawah mati di puncak. Ini bisa karena aktivitas gempa dan longsoran material. Imbasnya letupan yang tak besar dan hujan abu,” tambahnya.

Mujianto mengatakan informasi tersebut penting diketahui oleh para pendaki. Sebab, letupan dan hujan abu lazimnya terjadi di kawasan puncak gunung. “Yang sudah-sudah tak sampai ke permukiman warga. Paling besar adalah Juli 2012, warga di permukiman tak sampai merasakan gempa, hanya mendengar gemuruhnya,” tandasnya.

Selain hal tersebut, Mujianto berharap para pendaki lebih waspada. Lebih-lebih, material di kawasan puncak gunung tersebut disebutnya labil. Berdasarkan informasi yang diterima Solopos.com, aktivitas pendakian Gunung Merapi relatif stabil. Sedikitnya 70 pendaki, Sabtu, naik ke gunung tersebut. Cuaca cerah dan musim liburan sekolah, bagi sebagian pelajar, disebut mendorong tingginya animo pendaki mendatangi gunung itu.

Terpisah, berdasarkan hasil pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, secara visual dan instrumental, aktivitas Gunung Merapi masih normal. Hal itu diterangkan lewat pengamatan hingga 21 April 2013.

Dalam situs BPPTK itu, disebutkan, hujan di sekitar Merapi masih terjadi dengan intensitas tinggi. Data curah hujan di sekitar pos pengamatan, menyebut, curah hujan tertinggi sebesar 48 mm/jam selama 50 menit terjadi pada 20 April 2013 terjadi di Pos Selo. Meskipun demikian, BPPTK tak menyatakan hal itu menyebabkan lahar hujan. Namun, mereka mengimbau warga meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya lahar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya