SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Masih ada satu gabungan kelompok tani (gapoktan) di Bantul yang sama sekali belum mengembalikan dana bergulir dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Provinsi DIY sebesar Rp75 juta.

Padahal, bantuan itu telah digulirkan sejak tahun anggaran 2011 lalu, di mana gapoktan tersebut wajib mengembalikan di akhir 2011, tepatnya 20 Desember silam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau ada satu gapoktan saja yang seret [dalam mengembalikan dana bergulir], tentu akan berpengaruh pada gapoktan lain yang juga membutuhkan bantuan,” tegas Kepala BKPP DIY, Asikin Chalifah saat ditemui Harian Jogja belum lama ini.

Namun, Asikin enggan menyebutkan nama gapoktan maupun desa atau kecamatan asalnya. Meski demikian, pihaknya terus melakukan penagihan kepada gapoktan tersebut. Mengenai keterlambatan pengembalian dana bergulir itu, Asikin menduga akibat salah persepsi dalam penggunaan dana penguatan modal.

Pasalnya, saat dilakukan pengecekan, tim dari BKPP DIY tidak menemukan alasan yang tepat dari gapoktan itu. “Peruntukannya tidak jelas. Jadi, bukan karena rugi akibat gagal panen dan sebagainya,” tandas Asikin.

Asikin menambahkan, selama ini BKPP DIY telah mengulirkan dana sebesar Rp10 miliar untuk gapoktan yang sudah tumbuh kembang secara mandiri. Sekitar 50 sampai 60 gapoktan menerima kucuran dana bergulir dengan besaran bervariasi.

Dana bergulir itu diharapkan dapat memperkuat program stabilisasi pangan bagi gapoktan di seluruh DIY. “Ada 392 gapoktan dari 407 gapoktan di DIY yang berasal dari sentra produksi padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. Paling tidak, gapoktan yang ada di sentra bisa diakomodir dan difasilitasi LDPM,” tandasnya.

Sementara, LPDM Tani Mulyo di Desa Bangunharjo yang rencananya akan menerima dana bergulir Rp85 juta meyakini bisa mengembalikan tepat waktu dalam tiga tahap. Sebab, setiap kali panen, sekitar 325 hektare lahan sawah dari 15 kelompok tani (klomtan) mampu menghasilkan sekitar 8 hingga 12 ton gabah per hektare.

“Di musim kemarau ini, kami juga tidak terkendala air. Sehingga, dalam satu tahun, pola tanam kami bisa padi, padi, dan pantun (palawija). Bahkan, bisa padi selama tiga kali tanam,” terang Ketua Gapoktan Tani Mulyo, Bejo Hadi Raharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya