SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayi. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang mencatat ada sekitar 1.465 bayi di wilayahnya yang mengalami stunting atau tengkes. Dari ribuan bayi stunting itu terbanyak ada di wilayah Kecamatan Semarang Utara.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) DKK Semarang, Yuli Kurniasih, mengatakan hingga saat ini tercatat ada sekitar 95.447 bayi berusia di bawah lima tahun atau balita di Kota Semarang. Dari puluhan ribu bayi itu, sekitar 1,53 persen atau 1.465 bayi mengalami stunting.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Itu [kasus stunting] hingga Agustus 2022. Mengalami penurunan [dari tahun sebelumnya]. Tahun 2020 ada sekitar 3,13 persen [bayi stunting], kemudian tahun 2022 cut off Agustus sekitar 1,53 persen,” ujar Yuli saat dihubungi Solopos.com, Senin (3/9/2022).

Berdasarkan catatan DKK Semarang, kasus stunting terbanyak berada di Kecamatan Semarang Utara dengan 236 kasus. Kemudian, di posisi kedua adalah Kecamatan Banyumanik dengan 127 kasus dan Kecamatan Semarang Barat dengan 123 kasus.

Ekspedisi Mudik 2024

Yuli menyebut penyebab bayi mengalami stunting kebanyakan karena kurangnya pemenuhan gizi. “[Penyebab] pola asuh yang tidak tepat, asupan makanan tidak bergizi atau kurang dari kebutuhan harian dan higienis sanitasi yang tidak baik,” jelasnya.

Baca juga: Cegah Stunting, BKKBN & NFA Ajak Warga Kendal Makan Telur

Menyikapi hal tersebut, sejumlah upaya pun turut dilakukan DKK Semarang untuk menekan angka kasus stunting. Upaya itu mulai dari pendampingan stunting dan keluarga berisiko stunting hingga memaksimalkan kelas ibu hamil dan kelas balita

“Ada juga pendampingan bumil dan Bufas [ibu nifas], pemeriksaan secara rutin anak-anak stunting, peningkatan kapasitas kader pada posyandu dan edukasi gizi,” jelasnya.

Terpisah, Camat Semarang Utara, Margo Hariadi, tak menampik bila di wilayahnya banyak bayi yang mengalami stunting. Bahkan, ia tak menampik jika Kecamatan Utara disebut sebagai daerah dengan kasus stunting tertinggi di Kota Semarang. Ia pun menyebut mayoritas anak yang terkena stunting berada di usia dua tahun ke bawah.

“Faktornya karena kondisi wilayah yang dekat dengan pesisir. Terus sebagian besar masyarakat merupakan kalangan mengah ke bawah. Beberapa anak juga banyak dititipkan oleh pengasuh, karena orang tuanya sibuk bekerja. Sehingga makannya kurang teratur,” kata Margo beberapa waktu lalu.

Baca juga: 540.000 Anak Alami Tengkes, Jateng Giat Kampanye Pencegahan Stunting

Akibat faktor-faktor itu, sembilan kelurahan di Kecamatan Semarang Utara memiliki kasus stunting yang tinggi. Tercatat ada dua kelurahan yang kasus stunting tinggi, yakni Bandarharjo dan Tanjung Mas.

“Sejauh ini total di Semarang Utara ada 211 kasus stunting. Tertinggi di Kelurahan Bandarharjo sebanyak 75, sedangkan Tanjung Emas 87,” beber dia.

Sementara itu, di Kelurahan Bulu Lor ada dua kasus stunting, Dadapsari 16 kasus, Kuningan 23 kasus, Panggung Kidul 5 kasus, dan Purwosari 3 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya