1.000 Hari Soeharto wafat, Cendana sunyi senyap & diguyur hujan

Jakarta –– Tidak ada aktivitas mencolok di kediaman mendiang Soeharto di Cendana, Jakarta Pusat, menjelang 1.000 hari wafatnya mantan presiden Indonesia itu. Peringatan 1.000 hari wafatnya Soeharto di Jakarta dipusatkan di Masjid At-Tin.

Pengamatan detikcom, Kamis (21/10), hanya ada 3 petugas keamanan yang berjaga-jaga. Tidak ada mobil maupun tenda-tenda yang didirikan halaman rumah. Cuaca di Cendana diselimuti awan hitam dan sesekali terdengar bunyi guntur. Hujan rintik-rintik pun akhirnya turun.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

“Memang sepi, karena di Jakarta acara dipusatkan di Masjid At-Tin pukul 18.20 WIB, ba’da magrib,” kata seorang petugas keamanan, Deny, di kediaman Soeharto, Jalan Cendana nomor 4, Jakarta Pusat.

Tidak ada tamu undangan yang datang dan mengirimkan bunga atau bingkisan. “Kayaknya tamu-tamu sudah pada tahu acara dipusatkan di At-Tin,” ujar Deny.

Menurut Deny, tidak ada putra dan putri Soeharto di Cendana. “Ibu Mamiek dan Mas Tommy ada di Solo. Selain itu, semua ada di Jakarta, tetapi tidak ada di dalam rumah,” kata Deny.

Pak Harto meninggal dunia dalam usia 87 tahun pada Minggu, 27 Januari 2008 setelah dirawat di RS Pusat Pertamina sejak 4 Januari 2008. Esok harinya, Pak Harto dimakamkan di Astana Giribangun dengan upacara militer dipimpin Presiden SBY.

Puncak peringatan 1.000 hari wafatnya Soeharto akan ditandai pembacaan tahlil di lima tempat sekaligus dan penyempurnaan pemasangan batu nisan di makam Soeharto.

Acara digelar di Masjid At-Tin TMII Jakarta, di Kemusuk (tempat kelahiran Soeharto di Bantul), di nDalem Kalitan, di Astana Giribangun, dan di Monumen Jaten (rumah tempat kelahiran Tien Soeharto di Jaten, Karanganyar).

dtc/tya