SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO</strong>-Keputusan cerai pasangan suami istri (pasutri) yang sudah puluhan tahun menikah kerap mengundang banyak tanya pada orang sekitar. Mereka kan pasangan serasi, cocok, rukun, jarang ada masalah, kok cerai ya? Mungkin itu yang ada di benak banyak orang.</p><p>Tak ada orang luar yang benar-benar paham akan kehidupan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180716/493/928113/kisah-unik-tradisi-pernikahan-ratusan-tahun-hidup-lagi-di-klaten" title="Kisah Unik: Tradisi Pernikahan Ratusan Tahun Hidup Lagi di Klaten">pernikahan</a> pasutri dan pasang surut masalah rumah tangga yang mereka hadapi. Namun, paling tidak ada lima alasan tersering memicu pasutri yang sudah lama menikah memilih cerai. Dikutip dari laman <em>Live About</em> dan dilansir <em>liputan6.com</em>, Senin (8/1/2018), berikut selengkapnya.</p><p><strong>Perselingkuhan</strong><br />Tidak peduli sudah berapa usia seseorang, perselingkuhan selalu menjadi bayang-bayang pernikahan pasutri. Terlebih ketika hubungan pernikahan kurang intim, salah satu mungkin mencari hal yang hilang tersebut di sosok lain. <br />Perselingkuhan mungkin menjadi penyebab perceraian pada pernikahan jangka panjang, tapi kenyataannya perselingkuhan hanyalah gejala dari sebuah masalah dalam pernikahan. Sayangnya, gejala ini membuat pernikahan berujung cerai.</p><p><strong>Ingin sesuatu yang lebih baik di kehidupan</strong><br />Seiring berjalannya waktu, apa yang diinginkan seseorang di awal dan sesudah puluhan tahun menikah berbeda. Keinginan di usia 25 tahun berbeda dibandingkan keinginan saat berusia 55 tahun. Ketika tidak menemukan titik temu, perceraian dianggap jalan terbaik.</p><p><strong>Keinginan untuk bebas</strong><br />Keinginan untuk kembali mendapatkan kebebasan kerap menjadi alasan <a href="http://entertainment.solopos.com/read/20180717/482/928324/pengacara-sebut-keputusan-nikita-mirzani-bercerai-dengan-dipo-latief-sudah-final" title="Pengacara Sebut Keputusan Nikita Mirzani Bercerai dengan Dipo Latief Sudah Final">bercerai</a>. Misalnya ketika seorang istri sudah kembali bekerja. Dia kembali mendapatkan penghasilan dan keuangan stabil. Hal ini membuat seseorang berani untuk mengakhiri sesuatu dan dia kembali mendapatkan kebebasan yang selama ini dirasa direnggut.</p><p><strong>Merasa hampa ketika anak-anak sudah besar</strong><br />Beberapa pernikahan kuat karena kehadiran anak. Begitu anak-anak menjadi dewasa dan mulai meninggalkan rumah, mereka akan merasa kehilangan. Hal ini terjadi karena emosi yang terjalin hanya berfokus untuk membesarkan anak-anak. Ketika anak-anak sudah besar, emosi yang terjalin sudah tidak ada.<br />"Banyak pasangan yang kemudian bertanya-tanya, tanpa anak-anak apa yang kita miliki sekarang?" kata pekerja sosial klinis asal Amerika Serikat, Danielle Horwich. <br />"Beberapa pasangan akan melihat <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180727/516/930355/cabup-terpilih-madiun-segera-bentuk-tim-transisi" title="Cabup Terpilih Madiun Segera Bentuk Tim Transisi">transisi</a> ini sebagai kesempatan yang bersemangat untuk memulai petualangan baru. Yang lain, malah merasa tidak saling mengenali dan memahami pasangan yang mereka nikahi," kata Horwich.</p><p><strong>Pensiun dan terlalu banyak waktu bersama</strong><br />Mungkin pasangan merasakan bosan dengan pasangan mereka atau sudah merasa terbiasa. Terlebih mereka sudah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk membangun rumah, menapaki karier, dan membesarkan anak. </p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya