SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Puasa Ramadan merupakan salah satu bagian dari rukun Islam. Itulah sebabnya setiap muslim diwajibkan berpuasa. Namun, puasa semestinya bukan hanya dilakukan dengan menahan lapar, dahaga, dan syahwat. 

Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Allah memberikan pahala dan ampunan kepada setiap orang yang melakukan kebaikan. Sayangnya, kebanyakan orang enggan melakukan amal saleh sehingga hanya merasa lapar dan haus sepanjang puasa.

Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Nasa’i dan Ibnu Majah: “Banyak di antara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.”

Ada perbedaan pendapat di antara para ulama dalam memaknai hadis tersebut. Sebagian berpendapat orang yang hanya mendapat lapar dan haus dari puasanya adalah yang berbuka dengan makanan haram.

Sebagian lain berpendapat orang itu adalah mereka yang menahan diri dari makanan halal, lalu berbuka dengan memakan daging manusia alias senang bergibah. Ada pula yang mengartikan orang tersebut adalah mereka yang tidak menjaga anggota badannya dari perbuatan maksiat.

Sederhananya, orang yang hanya merasa lapar dan dahaga saat berpuasa adalah mereka yang masih tetap melakukan perbuatan maksiat. “Orang puasa tapi hanya merasa lapar dan haus itu mereka yang puasa tapi masih bermaksiat,” terang Rais Syuriyah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Karanganyar, KH. Ahmd Hudaya, saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/5/2019).  

Meski demikian, puasa orang tersebut tetap sah sebagai penggugur kewajiban. Puasa Ramadan merupakan ibadah wajib bagi setiap muslim. “Puasanya tetap sah sebagai penggugur kewajiban. Tapi tidak mendapatkan apa pun kecuali lapar dan haus,” sambung Ahmad Hudaya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Al Hakim yang tertulis di  kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan, ada lima hal yang membatalkan pahala puasa, yakni berbohong, mengadu domba, gibah, sumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.

“Perbuatan maksiat secara umum jelas merusak pahala puasa. Yang paling sering terjadi dan tidak terasa itu misalnya gibah. Gawatnya, saat ini orang belum bisa move on dari Pilpres 2019. Masih banyak yang menyebarkan hoaks bin fitnah,” terang Ahmad Hudaya.

Lantas, bagaimana caranya agar puasa Ramadan yang dilakukan tidak sia-sia dan mengantarkan pada derajat ketakwaan? Pertama, selalu perbarui niat. Semua amal bergantung pada niatnya. Jangan lupa untuk terus belajar agar lebih mengerti hakikat berpuasa. Selanjutnya menjaga diri dari perbuatan yang merusak pahala puasa serta menyemarakkan Ramadan dengan amal saleh sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, seperti berzikir dan membaca Alquran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya