SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Lapak Pasar Murah Bawang Merah dan Bawang Putih Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Solo di Plasa Sriwedari dipenuhi pengunjung area Car Free Day (CFD) Solo sejak pukul 06.30 WIB, Minggu (7/4/2019).

Mereka langsung menyerbu bawang yang dijual dengan harga Rp6.000/kg lebih murah dibanding harga di pasaran. Bu Parjo dari Pajang yang kesehariannya berjualan makanan di kantin sekolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan bawang dengan harga murah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Niat dari rumah untuk senam di area CFD terpaksa dia urungkan dan langsung menuju lapak pasar murah. “Saya rutin datang ke CFD. Ini tadi mau senam tapi ada pasar murah, ya sudah tidak jadi senam,” tutur dia kepada Solopos.com, Minggu.

Setiap hari Bu Parjo berbelanja bawang untuk kebutuhan menu kantinnya. Dia pun tertarik datang ke acara pasar murah karena menilai harga bawang, baik bawang putih maupun bawang merah, di pasar murah itu lebih murah dibanding harga pasaran.

“Kalau bawang putih kating di pasar sekitar Rp43.000/kg. Kalau bawang merah sekitar Rp35.000/kg. Jadi ini lumayan murah. Semoga ke depan harganya tidak naik lagi,” kata dia.

Wanita yang datang berombongan dengan teman-temannya itu mengatakan dalam sepekan membutuhkan 2 kg bawang putih dan 3 kg bawang merah untuk bumbu soto. Di pasar murah itu, bawang putih kating dijual Rp37.000/kg. Sedangkan bawang merah Rp29.000/kg.

Pasar murah khusus bawang merah dan bawang putih tersebut digelar sebagai tindak lanjut tren naiknya harga dua komoditas tersebut yang kemudian masuk sebagai komoditas utama penyumbang inflasi Kota Solo pada Maret 2019.

Bahkan saat Solo mengalami deflasi 0,11% pada Februari 2019, bawang putih tercatat sebagai salah satu komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga masuk dalam kelompok komoditas yang menyumbang inflasi.

Pasar murah tersebut dibuka Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo. Dia berharap kegiatan pasar murah tersebut bisa mencegah kecenderungan kenaikan harga agar inflasi dapat terkendali dan ketersediaan barang terjaga.

Kegiatan itu juga diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau. Sementara terkait lonjakan harga yang terjadi pada dua komoditas tersebut secara pasti belum diketahui. Hanya, ada beberapa dugaan hal itu terjadi akibat izin impor yang belum beres untuk bawang putih serta pola distribusi dan kapasitas produksi untuk bawang merah.

Salah satu distributor bawang dari Pasar Legi yang terlibat dalam acara tersebut, Sutrayati, mengatakan per Minggu (7/4/2019), harga bersih eceran bawang putih kating sekitar Rp42.000/kg. Jika pengambilan banyak bisa Rp41.000/kg.

Terkait faktor naiknya harga bawang dia mengatakan hal itu karena masalah izin impor. Diketahui saat ini bawang putih di Indonesia mengandalkan impor.

“Naiknya harga karena izin impor belum masuk. Bawang jenis sinco juga naik saat ini Rp25.000/kg sebelumnya Rp10.000/kg. Kating harga normal Rp13.000/kg,” kata dia.

Meski harga naik, dia memastikan saat ini pasokan bawang aman. Sementara itu Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Cabang Sragen, Suratno, mengatakan selama ini harga bawang merah sangat fluktuatif.

“Tapi akar masalahnya di mana kami belum bisa menemukan. Padahal kalau dilihat pasokan barang selalu ada. Di Sragen bahkan sudah surplus,” kata dia.

Menurutnya Sragen memiliki lahan bawang merah seluas 78 hektare untuk tiga bulan ini dengan produksi 8-9 ton per hektare. Sedangkan kebutuhan bawang di Sragen hanya sekitar 20%-30% dari jumlah produksi.

Meski produksi bawang di Sragen mengalami surplus, dia menyayangkan belum ada tengkulak dari Sragen yang membeli produk bawang Sragen. “Pembelinya dari Demak, Purwodadi, Jawa Timur, dan sebagainya. Kami juga menyayangkan yang menebas bukan orang Sragen tapi orang luar daerah. Lucunya lagi bawang kami dijual di Semarang dibeli penebas Demak. Kemudian dari Semarang dijual lagi di pasar Sragen. Itu harganya sudah naik,” kata dia.

Pimpinan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo yang diwakili Manajer Fungsi Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan, Yuni Herlina, mengatakan faktor lain dari naiknya harga bawang merah juga akibat turunnya jumlah produksi akhir-akhir ini.

“Berdasarkan informasi dari [petani bawang] binaan BI, ada penurunan produksi,” kata dia.

Dia berharap pasar murah pagi itu bermanfaat bagi masyarakat dan bisa berjalan baik hingga lima hari ke depan. Setelah dari area CFD pada Minggu pagi direncanakan pasar murah akan dilanjutkan di Kios Mirunggan di Pasar Gede dan Pasar Nusukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya