SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Debat Pilpres 2019 ketiga digelar pada Minggu (17/3/2019) malam ini dengan mempertemukan cawapres Ma’ruf Amin (01) dan Sandiaga Uno (02). Pertemuan dua calon wapres kalai ini akan lebih menarik karena untuk pertama kalinya kedua kandidat head to head.

Sedangkan capres Joko Widodo versus Prabowo sudah beberapa kali berdebat. Kedua capres tidak saja terlibat adu argumen pada Pilpres 2019, tapi juga telah bertemu pada Pilpres 2014 dengan masing-masing cawapres yang berbeda.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, debat malam ini akan menarik bukan saja karena baru pertama kedua cawapres bertemu head to head. Debat ini mempertemukan dua orang dengan latarbelakang berbeda.

Ma’ruf yang seorang ulama dinilai tidak terbiasa dengan beradu gagasan. Sedangkan Sandi dinilai akan bersikap sungkan terhadap lawannya. Hamdi menilai Sandiaga Uno yang berlatar pengusaha akan lebih menguasai panggung debat ketimbang lawannya Ma’ruf Amin, seorang mantan Rois Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU).

“Itu merujuk pada latar belakang Ma’ruf yang seorang ulama dan terbiasa berceramah ketimbang beradu gagasan,” ujarnya, Minggu (17/3). Dengan demikian Ma’ruf akan kesulitan dalam mengatur waktu dalam menyampaikan program.

Dia mengatakan kiai jarang berdebat, namun lebih banyak berceramah sehingga hal itu mungkin akan menjadi sorotan tersendiri dalam debat nantinya. Namun demikian, sebagai cawapres, tentu Kiai Ma’ruf paham bahwa dia masuk ke dunia politik dan dunia politik itu memang dunia debat.

Dalam banyak hal, kiai Ma’ruf bukan tipe orang yang jika di atas panggung ada gaya teatrikal selain ada kendala faktor usia yang kini menanjak ke 75 tahun. Sedangkan Sandi yang menginjak usia 50, di atas panggung akan lebih perform meski sedikit banyak ada rasa sungkan dengan selisih usia 25 tahun.

Kendati demikian, Hamdi, berharap kedua cawapres tidak mengulangi cara berdebat para capres yang dinilainya tak membumi. Dalam pengamatannya, masing-masing calon belum menghadirkan solusi konkret atas permasalahan yang ada.

Pakar psikologi politik itu juga berharap keduanya bisa menukik pada isu-isu yang memungkinkan argumentasi yang lebih tajam. Dia mencontohkan beberapa persoalan yang patut dicarikan solusi oleh para cawapres seperti mengatasi defisit keuangan BPJS Kesehatan yang terus membengkak selain meningkatkan mutu pendidikan dan membuka lapangan pekerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya