Solopos.com, JAKARTA – Tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia, sebagai imbauan kepada seluruh orang di dunia untuk waspada terhadap penyakit mematikan ini.
Dilansir Antara dari worldlupusfederation.org, Hari Lupus Sedunia ditetapkan sejak tahun 2004 oleh Lupus Foundation of America dalam rangka kongres internasional lupus dan penyakit terkait ke 7, yang diadakan di New York City. Peringatan tahunan ini berfokus pada perlunya peningkatan layanan kesehatan pasien, peningkatan penelitian mengenai penyebab dan pengobatan lupus, serta data epidemiologi lupus yang lebih baik secara global.
Dikutip dari mayoclinic.com dan clevelandclinic.org, lupus merupakan penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh atau biasanya dikenal autoimun.
Komplikasi penyakit ini bisa berdampak buruk pada persediaan, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru. Selain itu, lupus juga menjadi penyakit penyebab kematian orang diseluruh dunia.
Maka, Anda wajib mengetahui gejala, penyebab, dan jenis lupus agar bisa menurunkan risiko terkena penyakit berbahaya ini.
Jenis lupus ini menyebabkan ruam malar dan ruan diskoid pada kulit pipi dan pangkal hidung dengan bentuk seperti kupu-kupu. Ruam atau luka lainnya bisa muncul pada area yang terpapar sinar matahari seperti telinga, leher, kulit kepala, dan kaki. Selain itu, gejala lainnya penderita juga mengalami kulit bersisik disertai kemerahan pada area tertentu, rambut rontok, dan perubahan warna kulit.
Lupus jenis ini disebabkan sering mengonsumsi beberapa jenis obat dalam jangka waktu lama seperti obat hipertensi, obat aritmia, obat antikonvulsan, dan antimikroba.
Lupus neonatal biasanya terjadi pada bayi baru lahir dan jenis ini jarang ditemukan. Karena, anak yang terlahir dari orang tua yang memiliki riwayat lupus belum tentu mengalami kondisi serupa, tetapi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan anak lainnya.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Sejarah 10 Mei Hari Lupus Sedunia, Kenali Jenis, Penyebab, dan Gejalanya”