SOLOPOS.COM - Rektor UKSW Salatiga Prof Intiyas Utami saat mewisuda Prof Sonny Eli Zaluchu di Balairung Universitas UKSW Salatiga, Kamis (25/4/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Tidak pernah berhenti untuk terus belajar, mungkin menjadi kata yang tepat untuk menggambar Prof Sonny Eli Zaluchu.

Pria asal Kepulauan Nias, Sumatra Utara itu berhasil meraih gelar doktor Sosiologi Agama di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.

Padahal dirinya sendiri telah menyandang gelar profesor dalam ilmu teologi dengan disiplin ilmu sebelumnya doktor transformasi sosial.

Sonny sapaan akrabnya, pada Kamis (25/4/2024) menjadi salah satu wisudawan periode II 2024, bersama 537 mahasiswa lain.

Ketika ditemui Solopos.com, di sela-sela acara wisuda, Prof Sonny mengaku tidak malu untuk kembali lagi menjadi mahasiswa, setelah menyandang gelar guru besar.

“Saya ini kan seorang pembelajar, senang belajar, kalau saya berhenti belajar saya malah bisa stress, itulah sebabnya saya mengambil kuliah lagi di Satya Wacana,” kata Prof Sonny, Kamis (25/4/2024).

Diakuinya, pada wisuda kali ini dirinya merasa biasa saja. Sebab dirinya telah beberapa kali mengalami fase menjadi wisudawan. Meski begitu, dirinya merasa senang bisa menyelesaikan studi doktoral di UKSW Salatiga.

“Perasaannya (wisuda) biasa aja. Tapi ada yang berbeda saja. Karna saya diwisuda setelah mencapai gelar guru besar,” terang pria yang juga menjadi dosen di STT Baptis Indonesia, Semarang ini.

Prof Sonny mengaku, sebagai orang yang berasal dari daerah 3 T yakni tertinggal, terluar, dan ter-pinggir di Indonesia atas pencapaian yang dia dapatkan diharapkan dapat menjadi motivasi putra putri bangsa dari wilayah 3 T.

Dalam meraih gelar doktornya di bidang sosiologi agama itu, kata Prof Sonny, dirinya mengambil disertasi dengan judul Agama Digital dan Rekonstruksi Praktik Beragama : Analisis Sistematik Literature Review SLV.

Hal itu disebabkan karena adanya fenomena kecenderungan orang beragama dari cara tradisional ke modern.

“Dunia ini sedang memasuki budaya digital. Kita masuk dalam di dunia berbeda, ada dunia riil dan dunia digital. Semua bagian dari masyarakat berubah termasuk agama. Contohnya kita di Kristen, dulu kalau ke gereja harus ke gedung gereja. Sekarang kita bisa ke gereja bisa menggunakan zoom,” jelas Prof Sonny.

Hal itulah yang membuat dirinya tertarik untuk meneliti soal tersebut. Sebab dirinya juga sebagai pendeta dan melihat fenomena itu terjadi saat ini.

Dirinya melakukan riset soal agama digital ini selama 3 tahun. Dengan disertasi itu Prof Sonny sendiri mendapatkan nilai IPK 3,96.

“Setelah ini, menjadi tantangan ya. Karena setelah menjadi guru besar ini yang lamar banyak. Belum tahu nanti akan tetap mengajar di tempat yang lama atau berkarya di tempat yang lain,” tandas Prof Sonny.

Rekomendasi
Berita Lainnya