Jatim
Rabu, 24 April 2024 - 11:49 WIB

Gunung Semeru Siaga, Warga Tengger di Ranupani Lumajang Gelar Ritual Adat

Redaksi Solopos.com  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ritual adat warga Tengger Unan-unan yang digelar warga di Desa Ranu pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Selasa (23/4/2024). (ANTARA/HO-Diskominfo Lumajang)

Solopos.com, LUMAJANG — Warga lereng Gunung Semeru yang saat ini berstatus Siaga, Suku Tengger di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menggelar ritual adat Unan-unan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan menjaga tradisi yang telah terpelihara selama berabad-abad, pada Selasa (23/4/2024).

“Unan-Unan yang dilaksanakan di Desa Ranupani adalah cermin dari rasa syukur yang mendalam. Kami, sebagai bagian dari alam ini, merasa berkewajiban untuk merawatnya. Semoga kita dilindungi dan diberkahi,” kata Sekda Lumajang, Agus Triyono, dilansir Antara.

Advertisement

Menurutnya warga dan pemuka adat Suku Tengger berkumpul untuk merayakan momen yang tak hanya melambangkan syukur, tetapi juga menjaga keharmonisan dengan alam dan leluhur mereka.

“Ritual Unan-unan, sebuah warisan leluhur yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali, di tahun yang Suku Tengger sebut sebagai ‘Landung’,” tuturnya.

Ia mengatakan hal itu adalah penanda penting dalam kalender mereka yang terdiri dari 13 bulan, sebuah sistem waktu yang unik dan menggambarkan hubungan khusus mereka dengan alam.

Advertisement

Unan-unan yang berasal dari kata “Una” yang berarti memperpanjang, tak hanya mempersembahkan rasa syukur, tetapi juga upaya untuk memperpanjang bulan dalam kalender tradisional Suku Tengger. Itu adalah simbol dari kesatuan mereka dengan alam dan langit.

“Ritual tersebut adalah bentuk penghormatan kepada leluhur, serta doa agar keberkahan terus mengalir bagi masyarakat Desa Ranupani,” katanya.

Pada hari puncaknya tidak hanya diwarnai oleh kesyukuran, tetapi juga ‘sajen’ berupa kepala kerbau yang dihias indah, menjadi simbol dari pengorbanan dan harapan yang mereka bawa.

Advertisement

Para warga Tengger kemudian mengarak ‘ancak’ yang memuat sajen tersebut menuju Sanggar Pamujan, tempat peribadatan yang menjadi pusat ritual. Di sana, doa-doa dipanjatkan, harapan diungkapkan, dan ikatan dengan alam serta leluhur diperkuat.

“Harapannya adalah kelimpahan rezeki dan keselamatan bagi kita semua, dan untuk generasi mendatang. Semoga tetap di bawah lindungan Tuhan dan leluhur,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif