SOLOPOS.COM - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Solo tetap menggunakan mekanisme pengecekan hewan yang sama dengan sebelumnya di tengah mencuatnya kasus antraks. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO–Di tengah mencuatnya kasus Antraks, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Solo tetap melaksanakan mekanisme pengecekan hewan yang sama seperti sebelumnya. Hal itu disampaikan Kepala DKPP Kota Solo, Eko Nugroho, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (19/3/2024).

Adapun sebabnya, menurut Eko, karena sapi-sapi yang disembelih di rumah pemotongan hewan (RPH) Jagalan serta daging segar yang beredar di Kota Solo berasal dari daerah yang relatif aman dari kasus antraks.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

“Sapi dan daging yang beredar di Solo itu biasanya berasal dari Karanganyar dan Boyolali. Kami [DKPP Kota Solo] jarang atau bahkan gak ada memasukan daging atau sapi dari daerah yang rawan [antraks],” kata dia.

Meskipun tidak membuat mekanisme baru untuk pencegahan kasus antraks, Eko menyampaikan bahwa DKPP Kota Solo terus mengecek setiap sapi yang masuk ke Kota Solo.

Selain itu, juga tetap melaksanakan program vaksinasi secara rutin sekali dalam setahun. Vaksinasi itu dilakukan tiap Agustus mencakup tiga penyakit, yaitu antraks, penyakit mulut dan kuku (PMK), dan lumpy skin disease (LSD).

Kepala Bidang Veteriner DKPP Kota Solo, Agus Sasmito, menambahkan terkait vaksin antraks, DKPP Kota Solo sudah mampu melakukan pengadaan secara mandiri berbeda dengan vaksin untuk PMK dan LSD yang masih harus didatangkan dari pusat. Sehingga, menurut dia, pencegahan masuknya Antraks ke Kota Solo lebih mudah dilakukan.

Agus juga menjelaskan terkait pengecekan secara rutin terhadap daging segar yang beredar di Kota Solo. Salah satunya dengan cara melakukan pengujian sampel daging yang masuk ke Kota Solo serta menyediakan mobil laboratorium yang tugasnya berkeliling dua pekan sekali untuk mengecek daging sapi maupun sapi yang beredar di Kota Solo.

“Pengujian sampel itu dilakukan tiap hari di pasar-pasar yang mendatangkan sapi secara besar-besaran,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (19/3/2024).

Selain itu, Agus juga mengaku bahwa DKPP Kota Solo juga memiliki program pengawasan dan pembinaan secara insidental yang biasanya mulai digalakkan saat dibutuhkan.

Sebelumnya, kasus Antraks muncul di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. Bahkan, ada satu warga asal Kapanewon Gedangsari, berinisial Su, diduga terjangkit atau suspek penyakit Antraks.

Antraks adalah penyakit disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis. Antraks dapat menular dari hewan ke manusia. Kendati penyakit ini jarang terjadi, namun harus tetap waspada karena mematikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya