SOLOPOS.COM - Kantor Desa Ngombakan, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo. (Google Maps)

Solopos.com, SUKOHARJO – Desa Ngombakan merupakan salah satu desa di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo. Desa ini terkenal dengan banyaknya perajin minuman tradisional ciu hingga sekarang.

Menurut informasi yang diambil dari buku Kecamatan Polokarto dalam Angka 2023, Desa Ngombakan memiliki luas 1,83 kmterbagi menjadi 14 dukuh dengan 6 RW, 14 RT dan berjarak 9 km ke Ibu Kota Kabupaten Sukoharjo. Desa ini memiliki jumlah penduduk 4.183 jiwa.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

Batas wilayah Desa Ngombakan di sebelah utara adalah Desa Bekonang dan Cangkol, Kecamatan Mojolaban; sebelah timur dan selatan Desa Bakalan; sedangkan sebelah barat adalah Desa Bugel dan Desa Karangwuni.

Jika mendengar nama desa ini, Anda mungkin langsung terpikirkan dengan minuman ciu. Desa ini memiliki banyak penduduk yang memproduksi minuman tradisional ciu di Kecamatan Polokarto. Selain itu juga ada Desa Bakalan, Desa Bugel, dan Desa Karangwuni.

Ciu adalah sejenis minuman beralkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi singkong cair yang terbuang dalam proses pembuatan tapai (tetes tapai). Minuman ini memabukkan.

Dikutip dari laman beacukai.go.id, produksi minuman tersebut merupakan usaha home industry (industri rumahan) atau berkelompok yang sudah berlangsung lama dan dilakukan secara turun temurun.

Sejarah

Nama Ngombakan diambil dari kata ombak. Pasalnya wilayah ini dulunya sering terkena banjir luapan arus Sungai Samin melintasi daerah tersebut. Sungai Samin yang sekarang membentang sepanjang 53,8 km.

Pada 1915 zaman kependudukan Belanda, Desa Ngombakan terdiri atas 14 dukuh yaitu Nongko, Tawang, Badran Tawang, Geneng, Kleco, Beton Wetan, Beton Kulon, Ngombakan, Badran Ngombakan, Plumbungan, Kerten, Plampang, Karsono, dan Pengkol.

Karena pemerintahan berpusat di Ngombakan, maka diputuskan menyebutkan daerah tersebut dengan nama Desa Ngombakan.

Pemimpin pertama desa ini adalah Ki Demang Minggir. Namun setelah menjabat belasan tahun kemudian ia meninggal kemudian diganti oleh Dongkol. Namun, jabatanya bukan lagi demang, tetapi sudah berubah menjadi lurah atau kepala desa.

Sejak kemerdekaan Indonesia pada 1945, pemerintahan mulai ditata secara terorganisir termasuk Desa Ngombakan. Sejak saat itu kepala Desa Ngombakan juga dipilih menggunakan sistem demokrasi, meski belum sepenuhnya menerapkan demokrasi langsung.

Pada saat itu, proses pemilihan desa dilakukan dengan cara menawarkan kepada masyarakat desa. Kemudian masyarakat melalui wakilnya memilih langsung kepala desanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya