SOLOPOS.COM - Ketua kelompok program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Permodalan Nasional Madani (PNM) di Dawung Kulon, Serengan, Solo, Tri Waltuti, saat menata lapak jualan di depan rumahnya RT 002/010, Dawung Kulon, Rabu (24/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati).

Solopos.com, SOLO – Tri Waltuti, 48, menata warung makan yang berada di depan rumahnya, RT 002/010, Dawung Kulon, Serengan, Solo, Rabu (24/4/2024) pagi. Biasanya, ia mulai berjualan pada pukul 08.00 WIB hingga sore hari.

Tri menjual mi ketoprak, tahu acar, gado-gado, dan lotek. Ditambah aneka jus, es teh, dan es buah dengan harga terjangkau. Sasaran pembelinya warga sekitar maupun pengguna jalan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Mengingat, rumahnya berada di lokasi strategis, yakni pinggi jalan utama Dawung Kulon yang juga dekat dengan kantor pemerintahan, sekolah, dan Puskesmas Pembantu.

Ide bisnis ini muncul pada 2005. Kala itu dia harus tinggal di rumah secara penuh untuk merawat ibunya yang sakit.
Awalnya hanya jualan es buah dan es degan.

Lama-lama ia mengembangkan usahanya hingga menyediakan mi ketoprak, dan gado-gado. Dalam sehari, omzetnya mencapai terbilang lumayan. Usaha kecil-kecilan itu membuat Tri kian berdaya karena bisa membantu ekonomi keluarga.

Tiga tahun kemudian, Tri, ditawari pinjaman modal usaha dari Permodalan Nasional Madani (PNM) Solo melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera atau (PNM Mekaar). Syaratnya yakni bisa mengumpulkan 10 orang anggota.

Kala itu, dia mencari para perempuan pelaku usaha yang butuh modal. Hingga akhirnya berhasil mengumpulkan anggota yang terdiri atas perempuan muda hingga ibu-ibu berusia 50-an tahun.

Usaha yang dijalani beragam, mulai dari menjahit, jual beli makanan, hingga online shop.

“Ibu-ibu banyak yang tertarik. Sangat membantu kalau bagi ibu-ibu yang jualan di rumah karena dapat pinjaman modal usaha. Apalagi boleh pinjam uang tanpa agunan ya mbak,” kata Tri, Rabu lalu.

Seiring berkembangnya usaha para anggota, tawaran pinjaman modal mereka pun bertambah. Awalnya, yakni pada 2018 plafon pinjaman mereka hanya Rp2 juta per orang.

Sekarang ini mencapai Rp6 juta hingga Rp8 juta per orang. Disusul jumlah anggota yang juga kian berkembang hingga puluhan orang.

Sukses Mengelola Anggota

Manajemen pengelolaan anggota yang dilakukan oleh Tri tergolong berhasil. Ia yang dulu hanya memiliki 10 anggota dalam satu kelompok, kini berkembang hingga puluhan.

Total ibu-ibu yang akhirnya terbantu permodalan Mekaar berkat upaya Tri mencapai 60 hingga 70 orang.

Tri saat ini ikut mengawasi dan mengelola tiga sub kelompok yakni Dawung Sejahtera, Dawung Sejahtera 1, dan Dawung Sejahtera 3.

“Pinjaman rata-rata ya Rp5 juta hingga Rp6 juta,” kata Tri.

Mengelola anggota kelompok yang cukup banyak diakui Tri bukanlah perkara mudah. Kekhawatiran pinjaman macet tetaplah ada. Oleh karena itu, saat awal mengajukan pinjaman, para anggotanya selalu ditekankan komitmen membayar sejak awal.

Masing-masing subkelompok tersebut sebenarnya sudah memiliki ketua sendiri-sendiri, namun Tri tetap diminta membantu mengurusi. Khususnya soal penagihan setoran tiap pekan.

“Jatuh bangun pasti ada ya. Dulu saat Covid-19 ada yang kesulitan bayar. Untung ada keringanan dari PNM,” kata dia.

Seolah tak mau berkembang sendirian, Tri selalu mendorong ibu-ibu lain berdaya. Setelah lama dipercaya jadi menjadi nasabah Mekaar, statusnya pernah dinaikkan menjadi nasabah Ulamm.

Melalui Ulamm, ia bisa meminjam secara mandiri tanpa harus bergabung dengan satu kelompok. Plafon modal usaha nasabah Ulamm juga tergolong tinggi.

Namun, Tri, memutuskan balik lagi ke program Mekaar. Alasannya yakni karena masih banyak anggota di Mekaar yang membutuhkan bantuannya.

“Akhirnya saya balik lagi ke Mekaar karena enggak tega meninggalkan anggota saya,” kata Tri.

Selain permodalan usaha tanpa agunan, Tri, mengakui banyak keunggulan program-program yang diinisiasi PNM. Salah satunya yakni peningkatan kapasitas sebagai pengusaha mikro melalui sejumlah pelatihan.

Program pelatihan ini ada yang diinisiasi Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai bagian dari Holding Ultra Mikro (UMi).

“Beberapa kali kami juga dapat pelatihan dengan PNM dan BRI. Misalnya dulu pelatihan penjualan online, pelatihan menanam dengan hidroponik dan banyak lagi,” kata dia.

Nasabah Mekaar PNM yang juga anggota kelompok yang diketuai Tri, Sri winarni, 44, mengakui banyaknya manfaat yang dia dapatkan dari permodalan PNM. Ia berjualan di kantin sekolah dasar Serengan sejak empat tahun silam.

Setahun kemudian, ia bergabung dengan program Mekaar. Plafon pinjamannya terus berubah, hingga saat ini mencapai Rp4 juta. Awalnya Sri hanya mengandalkan modal suami.

Namun karena ingin mengembangkan jualannya, ia ikut bergabung dengan Mekaar yang dikoordinatori Tri Waltuti.

“Tagihannya per bulan ya sangat terjangkau. Mengenai cicilan itu, saya sisihkan pendapatan tiap hari. Jadi pas saatnya cicilan, enggak bingung,” kata Sri.

Pengembangan Usaha Ultra Mikro

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai bank yang memiliki core business UMKM telah membentuk Holding Ultra Mikro (UMi) sejak 2021.

Holding yang terdiri atas BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM) ini menargetkan melayani masyarakat yang belum punya akses ke layanan keuangan formal (unbankable) hingga 45 juta hingga 2024.



Sementara itu, program Mekaar yang juga didukung penuh holding company mereka dari BRI dan Pegadaian ini tak sekadar memberikan bantuan kepada nasabah.

Mereka juga memiliki goals membawa para nasabah yang sebelumnya non-bankable menjadi bankable hingga bisa naik kelas.

PNM Mekaar juga menjadi penjembatan perempuan dari keluarga pra-sejahtera yang non-bankable menjadi lebih berdaya dan mandiri.

PNM Mekaar

Salah satu warung milik anggota program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Permodalan Nasional Madani (PNM) di Dawung Kulon, Serengan, Solo, Rabu (24/4/2024) pagi. (Solopos.com/Ika Yuniati).

Mereka memberikan modal per tahun dengan plafon yang juga selalu dinaikkan agar mereka punya investasi, mampu mengembangkan usahanya, hingga naik kelas.

Jika ada nasabah yang naik kelas, PNM menjembatani mereka menaikkan pinjaman modal ke lembaga keuangan yang lebih besar, salah satunya melalui KUR BRI.

Sebelumnya, Pemimpin Cabang PNM Solo, Ananto Seno, mengakui penggabungn Holding Umi antara PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian berdampak signifikan pada penambahan nasabah.

Penggabungan itu membuat para nasabah lebih mengenal tabungan BRI dan tabungan emas. Jumlah anggota Mekaar selalu bertambah setiap tahunnya.

Setelah melakukan pendampingan PNM secara intens, banyak juga anggota Mekaar yang naik kelas sehingga memiliki kesempatan mengakses Kredit Usaha Raktar (KUR) BRI.



Namun, nasabah yang naik kelas masih sekitar 1-2%. “Nasabah banyak yang senang dengan holding sehingga secara tidak langsung juga mengajak warga lain untuk join ke PNM Mekaar,” tambahnya.

Sementara itu, Branch Manager BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, Senin (18/3/2024), lalu mengatakan tujuan utama Holding Umi memang pemberdayaan layanan dengan membuka seluas-luasnya entitas dan ekosistem ultra mikro untuk menyediakan modal usaha dalam bisnis kecil.

Kolaborasi tersebut diakuinya membantu mendongkrak jumlah kepercayaan dan nasabah di BRI.

Dipuji Kemenkeu

Sebagai informasi, hingga 31 Mei 2023 PNM telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp28,38T kepada Nasabah PNM Mekaar yang berjumlah 14.602.490 juta Nasabah.

Saat ini PNM memiliki 62 cabang, 3.834 kantor unit layanan PNM Mekaar, dan 645 kantor unit layanan PNM ULaMM di seluruh Indonesia yang melayani UMK di 35 provinsi, 431 kabupaten/kota, dan 6.014 kecamatan.

Pada acara BRI Microfinance Outlook 2022, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengapresiasi BRI atas kinerjanya yang terus mengalami pertumbuhan yang kokoh.

Terlebih, kontribusi BRI dalam mengucurkan modal bagi pelaku UMKM.

BRI yang dipercaya untuk memimpin Holding Ultra Mikro bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), diharapkan mampu mendorong sektor mikro dan ultra mikro lebih untuk naik kelas.



Dilansir Bisnis.com, sejak resmi terbentuk pada September 2021, Holding Ultra Mikro ini menargetkan bisa menjangkau 30 juta pelaku ultra mikro yang belum tersentuh layanan keuangan formal.

Di tahap selanjutnya, Holding ini diberi target untuk melayani seluruh pelaku ultra mikro yang mencapai 45 juta. Holding Ultra Mikro sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan.

Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan bisa menyentuh 90 persen pada 2024. Di sisi lain, sinergi BRI, PNM dan Pegadaian ini dinilai Sri Mulyani dapat berimplikasi positif terhadap efisiensi kinerja perseroan.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya