Jogja
Sabtu, 24 Maret 2018 - 13:20 WIB

25 Embung di Sleman Dinilai Sudah Mencukupi Ketersediaan Air

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo Kabupaten Sleman. (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Wilayah Sleman relatif tidak memiliki masalah serius dengan kekeringan

Harianjogja.com, SLEMAN-Pemkab Sleman tidak menambah jumlah embung tahun ini. Keberadaan 25 embung saat ini dinilai masih mencukupi kebutuhan air di wilayah Sleman.

Advertisement

Kepala Bidang SDA DPUP-KP Sleman Adi Muritno mengatakan, jumlah embung di wilayah Sleman terdapat di 25 titik lokasi. Sebanyak 11 unit milik Provinsi DIY, empat unit milik BBWSO, dan 10 unit milik Pemkab. Kondisi ke 25 embung tersebut dinilai baik. Tahun 2019 mendatang pemkab hanya melanjutkan proyek embung Gendongan, Wedomartani, Ngemplak yang belum selesai 100%.

“Jadi tahun ini tidak ada embung baru yang dibuat karena 25 embung saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat,” katanya kepada Harianjogja.com, Jumat (23/3/2018).

Selain itu, jumlah bendungan di Sleman hingga kini tercatat 2.082 unit di mana 853 unit dikelola DPUP-KP dan 1.229 unit merupakan bendungan desa. Banyaknya embung yang dibangun di wilayah Sleman dikarenakan daerah ini menjadi wilayah penyangga untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat DIY.

Advertisement

“Kami masih memiliki lebih dari 218 mata air. Secara ketersediaan volume air masih berlimpah,” katanya.

Luas embung yang dibangun bervariatif. Hanya saja total luas keseluruhan 25 embung yang ada sebesar 32,7 hektare dengan total volume 1,15 juta meter kubik. Luas embung di bawah satu hektare rata-rata memiliki volume air antara 4.000-30.000 meter kubik. Adapun luas embung di atas satu hektare volume airnya minimal 20.000 meter kubik.

“Yang paling luas embung Tambakboyo, seluas 8,8 hektare dengan volume 600.000 meter kubik,” jelas Adi.

Advertisement

Disinggung terkait proses pembangunan yang terjadi di Sleman, Adi mengakui adanya penurunan debit air. Kondisi tersebut terjadi karena banyak hotel yang memanfaatkan air dalam tanah secara berlebihan. Hanya saja penilaian itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Adapun debit air di masing-masing embung dinilai Adi selama ini tidak ada masalah.

“Kalaupun ada penurunan fluktuatif ya, hanya sedikit, itupun saat musim kemarau. Wilayah Sleman relatif tidak memiliki masalah serius dengan kekeringan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif