Jogja
Jumat, 23 Maret 2018 - 09:40 WIB

Kerusakan Akibat Longsor di Cagar Budaya Gua Selarong Dibiarkan Begitu Saja

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kerusakan akibat longsor di sisi pagar barat wilayah Gua Selarong yang hingga kini belum juga diperbaiki, Jumat (22/3/2018). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Perbaikan longsor Gua Selarong mandek.

Harianjogja.com, BANTUL–Setelah sempat direhab pada 2017 lalu dan terhambat karena adanya longsor, hingga kini belum ada rencana perbaikan titik-titik longsor di Gua Selarong. Padahal, jika makin lama dibiarkan, tidak menutup kemungkinan longsor akan makin meluas.

Advertisement

Koordinator Pengelola Goa Selarong, Kuswanto mengatakan sejak akhir tahun lalu titik-titik longsor tersebut belum juga diperbaiki. Padahal menurutnya ada banyak kerusakan yang terjadi karena longsor tersebut yaitu akses jalan menuju atas gua yang terputus, pagar retak, pelataran depan Gua Kakung, dan jembatan menuju ke jalan masuk ambles. Hingga saat ini, Kuswanto mengaku tindakan yang dilakukan baru sebatas menebang dan memindahkan pohon-pohon yang roboh akibat longsor. Itu dilakukan untuk mengurangi beban tanah agar longsor tidak makin parah. “Ya jadi mangkrak. Kalau dibiarkan terus bisa parah apalagi sering hujan,” ucapnya, Kamis (22/3/2018).

Kuswanto menambahkan selain belum juga diperbaiki, pengelola sebentarnya menghadapi permasalahan lain. Yaitu status sebagian tanah di situs cagar budaya yang dikelola oleh Disbud dan Dinas Pariwisata (Dispar) Bantul tersebut tidak sepenuhnya milik Pemkab Bantul. Namun sebagian juga berstatus tanah milik pribadi. Termasuk di dalamnya, titik longsor di sisi timur gua. Oleh karenanya, pihaknya mengakui terkadang Pemkab mengalami kesulitan untuk menyikapi hal tersebut. “Tapi kalau ada yang rusak mau tidak mau dinas kan harus memperbaiki,” imbuhnya.

Selain itu, dualisme pengelolaan yaitu situs yang dikelola oleh Disbud dan sarana prasarana serta fasilitas wisata yang dikelola oleh Dispar juga jadi permasalahan lainnya. Sebab Kuswanto mengakui terkadang program maupun kegiatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak belum sinkron.  Ia mencontohkan terkait perbaikan titik longsor ini, hingga kini pihaknya belum diajak berdiskusi soal perencanaannya.

Advertisement

Sementara itu, Kabid Pelestarian Warisan dan Nilai-Nilai Budaya Disbud Bantul, Kesi Irawati mengakui belum ada rencana perbaikan kerusakan akibat longsor di Gua Selarong selama 2018 di Disbud Bantul, setelah selesai rehab pada tahun lalu. Namun ia juga menyebut sempat ada pengalihan pekerjaan melalui adendum kontrak pada 2017 lalu. Selain membenahi tangga utama menuju ke lokasi gua, pihaknya berencana membangun sebuah talud di sisi barat. Namun karena melihat kondisi pasca longsor, pembuatan talud dialihkan untuk membangun drainase. Kebutuhan drainase ini cukup mendesak dengan maksud untuk mengalirkan air dari atas menuju ke area bawah dan timur gua. Dengan harapan aliran air itu bisa mengalir ke sungai dan tidak menyebabkan longsor kembali. “Nilai kontraknya waktu itu secara keseluruhan sekitar Rp350 juta. Adendum itu tidak mengubah nilai kontrak meskipun jenis pekerjaannya dialihkan,” tuturnya.

Sementara itu, terkait akses jalan yang terputus akibat longsor Kesi menyebutnya sebagai ranah Dispar Bantul. Lantaran akses jalan menuju ke puncak Bukit Selarong itu merupakan fasilitas bagi pengunjung wisata. Sedangkan pihaknya hanya berwenang mengelola Gua Selarong sebagai cagar budaya. Sehingga tahun ini dia memastikan tidak ada anggaran perbaikan atau rehab fasilitas di lokasi petilasan Pahlawan Nasional Diponegoro tersebut.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif