Jogja
Kamis, 22 Maret 2018 - 20:40 WIB

Mahasiswa MMTC Bikin Film untuk Kritik Korupsi

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah (kanan) dan praktisi perfilman DS Nugraheni (tengah) dalam talkshow di STMM MMTC, Kamis (22/3/2018). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Pembuatan film antikorupsi merupakan kerja sama dengan KPK.

Harianjogja.com, SLEMAN— Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar Screening Film Dokumenter dan Talkshow di Auditorium Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) “MMTC” Yogyakarta, Kamis (22/3/2018). Dua film karya mahasiswa STMM MMTC diputar dalam kegiatan tersebut.

Advertisement

Film dokumenter pertama menceritakan tentang pembuat kue Kembang Waru di Jogja yang saat ini nyaris terancam punah oleh masakan modern. Film itu membawa makna moral dan kejujuran. Kemudian film kedua menceritakan tentang suap yang dilakukan kepada mahasiswa kepada dosen untuk dapat mempercepat proses pengerjaan skripsi. Film juga dilengkapi dengan tanggapan akademisi terhadap praktik korupsi yang saat ini banyak terjadi di multi sektor.

Pembantu Ketua III STMM “MMTC” Yogyakarta Nunuk Parwati mengatakan pembuatan dua film dokumenter oleh mahasiswa STMM MMTC itu mendapatkan dukungan dari KPK. Pihaknya mengapresiasi KPK yang terus menggandeng MMTC untuk bekerja sama dalam membuat literasi antikorupsi. “Kami mengapresiasi KPK yang sudah beberapa tahun bekerja sama dengan MMTC dalam rangka membuat literasi masyarakat, membuat karya produksi yang isinya pesan antikorupsi,” ungkapnya, Kamis.

Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah juga mengapresiasi karya film dokumenter karya mahasiswa MMTC. Kerja sama itu akan terus digelar, terutama dalam mengembangkan berbagai perangkat digital di STMM MMTC. Menurutnya, antikorupsi erat kaitannya dengan kejujuran, nilai moral seperti yang tertuang dalam film dokumenter kearifan lokal kue Waru yang tenggelam dalam serbuan perkembangan zaman. Sedangkan film kedua yang menyorot soal suap mahasiswa kepada dosen memiliki makna tersendiri dan kenyataan itu tidak boleh terjadi di lingkungan pendidikan. Febri sepakat bahwa film termasuk media yang tepat dalam rangka menggugah kesadaran publik terkait antikorupsi.

Advertisement

“Karena masyarakat sesungguhnya adalah korban langsung dari korupsi. Kakau tidak ada korupsi atau uang negara tidak diambil pejabat dan lain sebagainya, mungkin pembangunan pendidikan akan lebih merata, fasilitas kampus bisa lebih meningkat,” kata alumnus UGM ini.

Ia menaruh harapan kepada perguruan tinggi untuk dapat menurunkan nilai antikorupsi lebih detail lagi dalam setiap perkuliahan. Dengan harapan dapat menumbuhkan kesadaran pengembangan dan konsolidasi dalam melawan praktik korupsi baik di dalam diri pribadi dan lingkungan sekitar.

“Mahasiswa sebagai kekuatan politik punya posisi strategis, bisa dimulai dari menyuarakan isu djli daerah dan pusat. Suara mahasiswa sangat berpengaruh, di Jogja misalnya, dulu ramai koin KPK. Agar bagaimana mendorong penggunaan anggaran bisa dilakukan lebih transparan,” tegasnya.

Advertisement

Praktisi Perfilman DS Nugraheni dalam kesempatan itu mengakui, film bisa menjadi salah satu media membentuk karakter antikorupsi. Prosesnya pun tidak harus dibuat dengan biaya yang mahal, ia sendiri lebih banyak mengambil gambar di sekitar dan tempat umum dengan kreativitas, tanpa harus mengeluarkan biaya banyak. “Kebetulan setiap film yang saya buat selalu ada angle antikorupsi,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif