Soloraya
Rabu, 21 Maret 2018 - 16:12 WIB

Yuk Nonton, 32 Guru Besar UNS Solo Main Ketoprak Nanti Malam

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof. Ravik Karsidi, memerankan Paku Buwono II sambil menunggang kuda saat geladi bersih pementasan Ketoprak Pimpinan UNS dengan lakon Wahyu Angedhaton di Auditorium UNS, Solo, Selasa (20/3/2018). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Para petinggi UNS Solo akan bermain ketoprak.

Solopos.com, SOLO — Pimpinan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo turut ambil bagian sebagai pemain dalam pentas ketoprak lakon Wahyu Angedhaton dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-42 UNS di Gedung Auditorium UNS Solo, Rabu (21/3/2018) malam. Para petinggi kampus tersebut harus curi waktu latihan di sela-sela kesibukan mereka.

Advertisement

Wakil Rektor Bidang Akademik UNS Solo, Sutarno, masih mengenakan seragam kerja saat hadir dalam gladi resik pentas ketoprak Wahyu Angedhaton di Gedung Auditorium, Selasa (20/3/2018) malam. Ia tak sempat pulang ke rumah terlebih dahulu karena baru selesai bekerja dan harus  mengikuti latihan terakhir. “Iya. Langsung ini tadi Mbak,” kata dia.

Saat gladi kotor, Senin (19/3/2018), Sutarno juga harus latihan sore hari. Begitu selesai dia langsung melayani diskusi bareng enam mahasiswanya di lokasi yang sama. Kesibukan sebagai Wakil Rektor I sekaligus Dosen di Fakultas MIPA UNS juga membuatnya tak sempat menghafal naskah.

Advertisement

Saat gladi kotor, Senin (19/3/2018), Sutarno juga harus latihan sore hari. Begitu selesai dia langsung melayani diskusi bareng enam mahasiswanya di lokasi yang sama. Kesibukan sebagai Wakil Rektor I sekaligus Dosen di Fakultas MIPA UNS juga membuatnya tak sempat menghafal naskah.

Sutarno kemudian mengeluarkan tiga lembar kertas dialog bagiannya. Ia bercerita sampai saat ini belum terlalu hafal. Namun secara keseluruhan sudah tahu maksud dari dialog tersebut sehingga tidak terlalu kesusahan. “Nah kalau ini kepekan [sontekan naskah] Mbak. Ada dua setengah lembar ini. Saya enggak harus hafal sih. Tapi 99% saya tau maksudnya,” kata dia.

Ini merupakan kali pertama Sutarno pentas wayang. Jatah pentasnya cukup banyak dengan dialog panjang. Dia memerankan Pangeran Cakraningrat IV yang berwatak galak dan mudah marah. Selama ini ia merasa jarang marah sehingga cukup kesulitan mendalami karakter.

Advertisement

Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Hunik Sri Runing Sawitri merasakan keseruan serupa. Pemeran Nyi Gede Solo ini paling ingat saat latihan ada adegan ketika para dekan harus duduk di bawah dan dimarahi oleh pemain lain.

Pesan Pembangunan

Hal itu menimbulkan guyonan beragam di antara mereka. “Pas adegan para dekan dimarahi dan duduk dibawah. Sambil guyon begitu, komentarnya macam-macam, mimpi apa kemarin,” ceritanya.

Advertisement

Tak hanya Sutarno dan Hunik, total ada 32 guru besar UNS yang terlibat sebagai pemain dalam pentas tersebut, termasuk Rektor UNS Ravik Karsidi memerankan tokoh Paku Buwana II. Didukung 123 pemain mahasiswa dari berbagai fakultas. Pentas disutradarai seniman senior ketoprak Solo Bambang Sugiarto.

Ketoprak pimpinan dipandang penting untuk memperkokoh ikatan antar petinggi UNS. Sekaligus dianggap sebagai media paling efektif untuk menyampaikan pesan pembangunan, kemajuan, dan rencana UNS ke depan.

Pentas ketoprak yang rencananya digarap dengan konsep kolosal tersebut disutradarai seniman senior ketoprak Solo Bambang Sugiarto. Penulis naskah Tarjo W. Kusuma, sedangkan penata gerak Arko Kilat. Komposisi musiknya diserahkan kepada musikus asal ISI yang dikenal dengan eksplorasi musik tradisi, Dedek Wahyudi.

Advertisement

Saat pentas nanti juga bakal ada kirab boyong kedhaton dengan kuda dan kereta kencana. Panggung dibuat kekinian seperti pentas opera. ”Didesain seperti panggung opera. Enggak seperti pentas tobong atau pendapan. Nanti memanfaatkan IT, dibuat seperti bioskop. Mudah-mudahan hasilnya seperti yang saya sampaikan,” kata Koordinator pentas, Sahid Teguh Widodo, saat jumpa pers, Selasa siang.

Sahid menambahkan Boyong Angedhaton berdasar dari cerita Boyong Kedhaton Solo. Ceritanya kemudian disesuaikan dengan lingkungan akademik. Awalnya ia berencana menggelar pentas kecil-kecilan hanya melibatkan petinggi kampus. Namun, saat membuka open recruitment ternyata banyak mahasiswa yang tertarik untuk terlibat pentas. Akhirnya mereka mengusung garap kolosal tersebut.

Soal kualitas penampilan para guru besar yang notabene tidak semua berlatar belakang seni tradisi, Sahid tak khawatir. Sejauh ini mereka diberi modal dasar berupa naskah untuk latihan.

Selanjutnya saat pentas mereka diperbolehkan improvisasi asal sesuai dengan garis besar cerita. ”Kita njagani itu sebenarnya ada tim pembisik yang di belakang layar, ada dua orang. Tapi kemarin pas latihan enggak berfungsi itu,” terang dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif