News
Rabu, 21 Maret 2018 - 15:00 WIB

Fakta-Fakta Hari Tanpa Bayangan, Tak Terasa di Pulau Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tugu Khatulistiwa di Pontianak (portalkbr.com)

Lapan menjelaskan fakta-fakta tentang hari tanpa bayangan yang lebih terasa di kawasan khatulistiwa.

Solopos.com, JAKARTA — Hari ini, Rabu (21/3/2018), terjadi hari tanpa bayangan di mana pada hari ini juga akan terjadi perubahan cuaca di Indonesia. Fenomena ini terjadi karena matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa sehingga di kawasan sepanjang garis itu bayangan akan jatuh tepat di bawah objeknya.

Advertisement

Profesor Riset Astronomi-Antrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, menjelaskan beberapa fakta ilmiah tentang hari tanpa bayangan.

Pertama, Matahari akan tepat ada di atas kepala manusia. Jadi, saat hari tanpa bayangan, orang yang berada di wilayah khatulistiwa akan merasakan matahari ada tepat di atas kepala pada tengah hari.

Karena tepat berada di atas kepala, maka ini yang mengakibatkan tidak terlihatnya atau tidak adanya bayangan tubuh seperti biasanya. Baca juga: Observatorium Bosscha Selidiki Dampak GMT 2016 Terhadap Gravitasi.

Advertisement

Kedua, fenomena hanya terjadi di wilayah-wilayah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Sehingga, hanya wilayah seperti Pontianak, Kalimantan Barat, (tepat di garis lintang 0 derajat) yang akan merasakan dengan jelas fenomena hari tanpa bayangan ini.

Ketiga, terjadi dua kali dalam setahun. Pada 28 September setiap tahun juga akan terjadi hari tanpa bayangan di wilayah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Selain itu pada hari tanpa bayangan waktu malam dan siang hari akan tepat masing-masing berlangsung selama 12 jam.

Peristiwa ini tidak perlu dikhawatirkan karena hari tanpa bayangan adalah fenomena alam yang menandakan terjadinya perubahan musim. Baca juga: Mencari Sensasi Perpaduan Bulan, Matahari, dan Selancar di Pantai Mentawai.

Advertisement

Peristiwa Hari Tanpa Bayangan tersebut terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Pada peristiwa fenomena alam tersebut, garis tempat Bumi beredar akan berbentuk oval, sehingga Bumi bergerak lebih cepat maupun lebih lambat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif