Soloraya
Sabtu, 17 Maret 2018 - 00:35 WIB

PENGANIAYAAN SRAGEN : Polisi Temukan Sejumlah Kejanggalan terkait Penyerangan Santri di Tanon

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lokasi kamar Udin di Ponpes Raudlatul Falah di Dukuh Karangdowo RT 026, Desa Kecik, Tanon, Sragen, Jumat (16/3/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Polisi Sragen menemukan sejumlah kejanggalan dalam kasus penyerangan santri di Tanon.

Solopos.com, SRAGEN — Kapolres Sragen AKBP Arif Budiman sudah mendapatkan hasil penyelidikan aparat Polres Sragen dan Polsek Tanon selama dua hari terkait penyerangan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudlatul Falah di Dukuh Karangdowo RT 026, Desa Kecik, Tanon, Sragen, Ahmad Zuhdin alias Udin, 17.

Advertisement

Hasil penyelidikan itu disampaikan kepada pengasuh ponpes Umar Fauzi dan Darusman pada Jumat (16/3/2018) sore. Selama dua hari penyelidikan itu, Kapolres menyampaikan ada 14 saksi yang dimintai keterangan dan sudah mengumpulkan beberapa bukti.

Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan, yakni adanya ketidaksesuaian antara keterangan yang dihimpun penyidik dengan keterangan Udin yang juga korban ini. Pertama, keterangan Udin tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan medis. Setelah dilakukan pemeriksaan medis luar dan dalam tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dan luka. Selama pemeriksaan medis didampingi Ustaz Darus sendiri,” ujar Kapolres.

Advertisement

Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan, yakni adanya ketidaksesuaian antara keterangan yang dihimpun penyidik dengan keterangan Udin yang juga korban ini. Pertama, keterangan Udin tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan medis. Setelah dilakukan pemeriksaan medis luar dan dalam tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dan luka. Selama pemeriksaan medis didampingi Ustaz Darus sendiri,” ujar Kapolres.

Kedua, jelas Kapolres, keterangan Udin juga bertolak berlakang dengan keterangan saksi lain yang ditunjuk atau disampaikan Udin sendiri. Ketiga, Kapolres melanjutkan adanya ketidaksesuaian keterangan Udin yang satu dengan keterangan Udin lainnya pada jam yang sama.

Dia menjelaskan Udin menerangkan fakta A dan pada waktu yang sama juga menerangkan fakta B. “Kondisi itu sudah kami konsultasikan kepada psikiater dan ahli jiwa. Kami masih akan mengonsultasikan kepada ahlinya di RSJ Solo. Kami belum bisa menyimpulkan karena masih menunggu hasil dari RSJ Solo. Sekarang Udin sehat-sehat saja. Udin pernah di USG di RSI Amal Sehat dan dirontgen di RSI Yakssi Gemolong karena mengeluh sakit tetapi tidak ditemukan indikasi penyakit,” tambahnya.

Advertisement

Salah satu teman Udin sesama santri Ponpes Raudlatul Falah, Riki Waldiyanto, 18, asal Wonosobo, menjelaskan kamar Udin berada paling belakang. Kamar itu berselebahan dengan dapur dengan tungku kayu bakar di sisi barat dan kamar mandi di sisi utara.

Di dalam kamar terdapat beberapa tumpukan sak berisi gabah. Amben kayu beralas galar atau bilahan bambu dan kursi panjang yang sudah lusuh beralas gabus.

Saat itu [Kamis, 15/3/2018] mau Salat Zuhur bersama. Saya memanggil Udin tetapi tidak dijawab. Pintunya saya dorong sepertinya dikunci dari dalam. Saya lihat dari lubang tembok dekat kamar mandi. Saya lihat Udin terkurap dan tertindih sak berisi gabah. Kondisi kamar juga acak-acakan. Lalu pintu saya dobrak. Ternyata di balik pintu masih ada kursi untuk menutupi pintu. Setelah pintu terbuka, Udin kami bawa bersama teman ke puskesmas karena sempat muntah-muntah,” kisah Riki.

Advertisement

Riki mendapat penjelasan dari Udin ia diduga diserang orang tak dikenal dan kabur lewat jendela di sudut barat daya kamarnya. Jendela itu terhubung dengan kandang kambing.

Jendela itu hanya ditutupi kain. Kondisi kain itu sudah robek saat Solopos.com melihat langsung ke jendela itu. Jaring laba-laba lembut masih terlihat di lubang jendela itu dan tidak ada yang rusak.

Riki ingat sebelum peristiwa itu sempat kehilangan sakelar gantung sampai tujuh kali tetapi tidak diketahui orang yang mengambil dan hanya Udin yang mengaku mengetahuinya. Riki berpendapat kalau niatnya mencuri mestinya ada disel pompa air atau motor tetapi kenapa hanya sakelar yang diambil?

Advertisement

Sakelar itu belakangan ditemukan di sekitar Balai Desa Kecik yang letaknya berdekatan dengan tempat nyantri Riki dan ketiga temannya. Santri lainnya, Asharul Faruda, 18, menambahkan kadang-kadang Udin tidak nyambung kalau diajak bicara atau ditanya sesuatu oleh teman-temannya.

Dia beranggapan kemampuan berpikir Udin kurang apalagi Udin tidak bisa membaca. “Dulu tidak lulus SD. Nama lengkapnya saja tidak tahu. Tanggal lahirnya juga tidak tahu. Kejadian ini aneh tapi nyata karena hanya Udin sendiri yang tahu pelakunya,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif