Soloraya
Sabtu, 17 Maret 2018 - 04:35 WIB

Di Masjid Jalan Solo-Semarang Ini, Pengunjung Bisa Makan, Ngopi, dan Internetan Gratis

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Masjid Syukur di tepi jalan Solo-Semarang, Ampel, Boyolali. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pengunjung masjid di Solo-Semarang ini bakal dimanjakan dengan layanan makan, ngopi, dan Internet gratis.

Solopos.com, BOYOLALI — Jika Anda melewati jalan Solo-Semarang wilayah Kecamatan Ampel, Boyolali, sempatkanlah mampir di Masjid Syukur di tepi utara jalan raya.

Advertisement

Masjid di Dukuh Nyamplung Kidul, Desa Urut Sewu, itu memiliki sederet kegiatan unik. Bukan saja untuk tempat sembahyang dan istirahat, masjid bercat biru itu juga menyediakan layanan makan, ngopi, hingga Internet gratis.

Pengunjung cukup mengaktifkan wifi ponsel, maka jagad maya sudah bisa dibuka di area masjid. “Ide awalnya dulu mengajak anak-anak muda agar mau ke masjid. Akhirnya dibuatlah layanan Internet gratis, termasuk ngopi dan makan,” ujar Joko Wahyudi, salah satu pengelola Masjid Syukur saat berbincang dengan Solopos.com, belum lama ini.

Advertisement

Pengunjung cukup mengaktifkan wifi ponsel, maka jagad maya sudah bisa dibuka di area masjid. “Ide awalnya dulu mengajak anak-anak muda agar mau ke masjid. Akhirnya dibuatlah layanan Internet gratis, termasuk ngopi dan makan,” ujar Joko Wahyudi, salah satu pengelola Masjid Syukur saat berbincang dengan Solopos.com, belum lama ini.

Masjid Syukur merupakan masjid umum. Masjid yang berdiri di lahan seluas 502 meter persegi itu merupakan wakaf dari seseorang. Selain lokasi tempat sembahyangnya yang nyaman dan bersih, toilet dan tempat wudu juga wangi, area parkir pun dijaga.

“Di sini juga ada petugas kebersihannya. Jadi, kamar mandi dan toilet tetap bersih,” jelas Joko.

Advertisement

Menurut penuturan Joko, kegiatan makan minum dan Internet gratis itu sebagai ikhtiar mendekatkan masjid bagi kawula muda. Selama ini, sudah menjadi tren anak-anak muda meninggalkan masjid dan memilih tempat-tempat hiburan sebagai pelarian.

Ada yang di kafe, karaoke, bahkan jalanan umum. “Saya ini salah satu mantan anak jalanan. Saya akhirnya memilih ke masjid ini dan mengelola masjid ini,” ujarnya seraya menunjukkan sejumlah tato di tubuhnya.

Joko Wahyudi memilih mantap hijrah dari komunitas anak-anak jalanan menjadi takmir masjid. Semula, ia suka genjrengan di tepi jalan dan mengamen, kini membaktikan diri sebagai juru parkir (jukir) dan tukang bersih-bersih masjid.

Advertisement

“Memang belum banyak yang tertarik ke masjid. Namun, saya yakin lambat laun masjid ini akan ramai,” akunya.

Salah satu musafir yang sempat mampir ke masjid itu mengaku sangat salut dengan kegiatan masjid itu. Dia sendiri sempat tak percaya ketika akan salat lalu melihat ada menu kopi, gula, serta air panas bertuliskan gratis.

Ia juga kaget ketika ada informasi bebas Internet di area masjid dengan layanan free wifi. “Saya jadi teringat kisah Wali Songo dalam mengislamkan Nusantara. Cara-cara dakwah mereka sangat santun, unik, penuh hikmah, dan tak ada paksaan,” kisah musafir asal Semarang itu.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif